Who Me?
Aku terlahir
di keluarga serba berkecukupan,segalanya ada di sini tapi aku merasa selalu
kekurangan aku sendiri tak tahu apa itu sampai suatu hari saat aku duduk di
bangku kelas 3 SMP.
“bagun ayo
sekolah..” suara ibuku membangunkan aku dari bunga bunga mimpiku.
Saat itu
baru mataku saya yang sadar, tubuhku masih malas untuk bergerak untuk dudukpun
susah.
Kemudian aku mengambil jam kecil di meja samping kasurku, aku lihat jam
masih menunjukan
pukul 05.30 pagi, setelah melihatnya aku langsung keluar kamar
untuk duduk di ruang tamu karena
kamarku
tepat di depan ruang tamu.
“kok malah
duduk sih? Ayo mandi nanti telat loh berangkatnya” kata ibuku yang membuyarkan
lamunanku
“ah ia bu”
sahutku yang disusul aku langsung menambil handuk dan langsung mandi,ganti baju
dan
sarapan.
Aku
bersekolah di SMP yang cukup jauh dari sekolah makanya aku masih di antar oleh
ayahku yang
padahal aku bisa berangkat sendiri.
“yah,kakak
kapan berangkat sendiri? Kan kakak udah kelas 3 SMP?” Tanyaku bosan karena
selalu di
antar jemput sekolah pada ayahku
“udah jangan
macem macem kamu! Jaga diri saja belum bisa” bentak ayahku
sial!’
geramku dalam hati.
Perjalanan
menuju ke sekolah 10-15 menit aku tiba di sekolah tepat pukul 06.30.
*================================*
Saat di
sekolah aku terlihat seperti anak biasa saja,pakai seragam,sepatu,tas dan
kacamata.Aku ingat
hari itu hari rabu jam pelajaran ke 5-6 saat itu pelajaran
PKN.
“Pak Fajar
hari ini tidak masuk karena ada keperluan, tapi beliau member kita tugas dah
harus di
kumpulkan sekarang” kata ketua kelas, kamipun menerimanya dan mulai
mengerjakan tugas itu.
Saat aku
sedang serius mengerjakan tugas, salah seorang temanku mengambil pulpenku dan
membuangnya keluar jendela, sontak seisikelas tertuju pada kelakuannya, tak mau
kalah akupun
melakukan hal yang sama padanya kemudian dia mendorong dan dia
langsung lari keluar kelas untuk
mengambil pulpennya akupun mengikutinya juga,
tapi aku terlambat dia mendapatkan pulpenku
duluan dan kembali melemparkannya
sampai jauh, semua anak kelasku yang melihat kejadian itu
menertawakan aku
kecuali seorang gadis yang ada di barisan belakang.
“yah lagian
juga cuma pulpen aku masih ada 1 lagi kok” ucapku sendiri dan kembali masuk
kelas.
Saat masuk
kelas tepat di depan mataku sendiri tugasku yang sudah hampir selesai hamper di
buang
oleh temanku yang 1 lagi melalui jendela yang sama saat pulpenku dilempar
tapi untungnya aku lebih
cepat merahnya dan tugasku selamat dan akupun kembali
mengerjakan tugasku,aku ambil pulpen dari
dalam tasku dan saat aku mau duduk
kursiku di tending oleh seorang temanku tapi untung aku tidak
jatuh karena
posisiku masih keadaan berdiri, saat itu aku masih sabar, baru aku menulis
beberapa kata
bukuku di ambil dan di lempar oleh temanku yang tadi melempar
pulpenku dengan kutahan
amarahku aku keluar dan mengambil kembali bukuku dan
kembali masuk ke dalam kelas,aku kembali melanjutkan tugasku lagi dan saat aku
duduk aku rasakan kursiku terasa sangat lengket saat ku duduki ternyata kursiku
di beri lem kertas yang cukup banyak kemudian semua teman kelasku kembali
menertawai aku dan dia tetap tidak tertawa melihatku, tatapannya dingin sekali.
“eh culun!
Mampus aja deh lu!” ucap temanku yang tadi menendang kursiku.
“apa kalian
gak bosen ya ganggu aku terus?” ucapku masih sangat sabar sambil sedikit senyum
“hah bosen?
Nih bosen!” ucap temanku yang tadi melempar pulpen dan bukuku sembari merobek
tugasku yang hamper selesai.
“kalian……”
geramku kesal sembari menunduk.
“apa hah?
Mau marah? Nih pipi pukul kalo bisa! hahaha” ucap temanku yang tadi menendang
kursiku.
Tanpa basa
basi lagi aku layangkan pulpenku yang kea rah pipinya dan menembus pipi
kirinya, aku tarik paksa pulpenku yang mengakibatkan mulutnya robek parah, tak
hanya dia aku tusuk perut serta punggung
temanku berkalikali yang tadi merobek tugasku darah muncrat kemana mana saat
itu yang aku rasakan sebuah kebebasan aku lepaskan semua perasaan yang ada did
lam hatiku kepada 2 orang temanku itu aku sangat senang sekali aku tertawa
sendiri pada saat itu saat semua teman kelas terlihat ngeri ketakukan aku masih
saja tertawa sembari menusuk nusuk perut dan punggung temanku itu, aku mulai
bosan dengan temanku yang itu karena usdah tak melawan lagi, aku kembali pada
temanku yang kesakitan akan mulutya kemudian aku mengabil sebotol lem yang tadi
dia pakai untuk membullyku aku mendekatkan wajahku padanya dan berkata
“kasihan
sekali muka kamu sini aku perbaiki” sambil tersenyum aku menumpahkan seisi lem
pada mulutnya dan memaksakan rahang bawahnya untuk menutup, lem keluar dari
bekas tobekan pipinya matanya terlihat kesakitan dan meneteskan airmata, aku
kembali membisikannya
“sekarang
siapa yang terlihat menyedihkan? Huh?!” bisik ku sembari tersenyum.
“embemebnemnenmb”
dia berusaha untuk mengatakan sesuatu
“apa? aku
tak mendengarmu, ngihihihihi” balas ejek ku untuknya
“oh ia tahan
sebentar ya” kemudian aku tarik kedua tangannya kebelakang dan
KREEKK!!
“hhhhhhmmmmm”
teriak temanku itu
“apa kamu
masih bisa ngebully aku? nghihihi” ku
katakana itu setelah aku patahkan kedua tangannya
“sekarang
masih ada yang mau tertawa?” aku menantang kepada semua teman kelasku.
“Fariz !!!”
teriak salah satu guru tepat di depan pintu kelas, dia terlihat kaget akan
semua yang telah aku lakukan.
Dia mendekat
padaku mendekat dan terus mendekat, aku hanya bisa tersenyum dan sedikit
tertawa atas semua yang sudah aku lakukan pada kedua temanku itu
“apa yang
sudah kamu lakukakan,nak!” hentaknya padaku tepat selangkah didepan tubuhku
“mereka
bermain bersamaku dan melakukan kesalahan padaku kemudian aku hukum mereka,pak”
aku balas dengan tenang dan tersenyum lebar
“gila kamu!
Ikut bapak sekarang!” hentaknya dan mengajaku untuk pergi keruangannya
“yang lain
panggil perawat!” lanjutnya menyuruh seisi kelasku
Aku meraba seisi
kelasku ‘tak ada dia di tempatnya apakah dia yang memanggil guru sialan ini?’
Dari kelas
sampai ruang guru itu aku terus diperhatikan oleh banyak orang, mereka
melihatku dengan sangat takut tapi aku balas raut wajah itu dengan senyumanku.
*========================================*
Ruang guru
itu terpisah cukup jauh dari ruangan guru yang lain di karenakan dia hanya guru
konsultasi saja di ruangan ini ada kamar kecil, kasur,meja dan beberapa bangku
saja.
“maaf pak
aku ke kamar kecil dulu, aku udah gak tahan mau kencing” mohonku pada guru itu
“yasudah,
padahal kamu itu anak yang sopan ya” ucapnya
Aku langsung
ke kamar kecil dan menutup pintunya,di dalamnya sama sepeti kamar kecil
biasanya hanya saja di sini ada gunting yang cukup besar, aku selesaikan tugasku
dulu dan sebelum aku keluar kamar kecil itu aku selipkan gunting di saku
celanaku dan keluar untuk menemui guru itu.
“ada apa ya
pak?” tanyaku
“ada apa?
setelah kamu melakukan itu semua kepada 2 orang teman kamu, kamu Tanya ada apa?
mereka sudah dalam perawatan dan polisi akan segera ke sini untuk menangkapmu!”
jelasnya
“polisi
menangkapku? Hahaha untuk apa pak? Apa salahku? Apa salah anak culun ini pak?
Ngihihi” balasku santai
“kamu emang
culun! Tapi sikap kamu..! “ geramnya sambil menampar ku
“aww”
keluhku sambil mengusap pipi kiri ku yang tadi habis di tampar
Saat itu aku
hanya diam dan sedikit mengikik
“diam di
sini kamu!” ucapnya kasar padaku
“pak! Bisa
bantu aku sebentar gak ” aku memanggilnya untuk membantuku
“kali ini
apa lagi?” dia mendekat padaku
“tadi aku
memainkan kunci rumahku di sini, lalu jatuh ke kolong meja bapak, apa bapak
bisa bantu saya untuk mengambilnya? Tanganku tidak cukup untuk meraihnya” aku
memohon melas padanya
“kamu ini!
Ada ada saja” kemudian dia meringkuk ke kolong mejanya dan menjulurkan tangan
kanannya kekolong mejanya
“gak
ada,riz” ucapnya sambil terus mencari
“ada kok pak
pasti ada” balasku
“kamu bener
liat jatuhnya ke sini?” tanyaya heran padaku
Aku tak
menghiraukan ucapannya aku mulai mengambil gunting yang ada di saku celanaku
dan langsung aku tusukan ke leher kirinya, dia menggeram kesakitan aku cabut
guntingnya dan aku tujuskan kembali pada ubun ubunnya bertubi tubi sembari
mulunya aku tahan dengan tangan kiri ku, darah muncrat kemana mana, setelah
beberapa saat dia mulai tak bergerak dan mulai melemas
“kasihan
sekali kau pak tua” ucapku padanya
Kemudian aku
mengambil kunci ruangan di sakunya dan tak lupa aku mengambil semua uang yang
ada di dompetnya, aku langsung keluar dari ruangan itu dan keluar sekolah
melalui pintu yang biasa para pembolos lewat.
Aku lihat
pakaianku sudah kotor akan darah kacamataku pun turun terkena cipratan darah,di
jalan aku sama sekali tak melihat orang orang di tiap jalan yang aku lewati itu
memudahkan aku untuk cepat sampai rumah, sebelum itu aku harus mengganti
pakaianku dahulu, kebetukan ada jemuran yang sudah kering
“pas!” aku
mengambil sepotong kaos dan celana panjang pakaian kotorku aku buang di tempat
sampah, aku juga masih membawa gunting tadi yang masih kotor itu kemudian aku
lemparkan gunting itu ke saluran air dan air langsung menyapu dara itu dari
gunting.
*==================================*
Setibanya
aku di rumah aku membasuh diriku, membersihkan kacamataku dan langsung menonton
televise karena saat itu rumah masih dalam keadaan sepi,saat aku sedang
menonton tiba tiba tayangan di televisi berubah menjadi lintas berita yang
memberitakan kejadian yang sudah aku lakukan di sekolah.
“oh tidak
para polisi pasti akan segera mencariku, begitupun keluargaku pasti akan cemas”
ucapku sendiri
Kemudian aku
mengkit dari sofaku dan mempersiapkan segala keperluan yang aku butuhkan aku
ambil tas sekolahku karena tas sekolahku ada 2 aku masukan beberapa pisau dari
dapur, gunting,topeng V milikku dan uang yang cukup banyak. “selesai” ucapku
lelah.
Baru saja
aku menyiapkan semua itu aku mendengar pintu depan di ketuk oleh seseorang, aku
kedepan tapi tak membukakan pintunya, aku mengintip lewat jendela, ternyata
gadis itu kini dengan payung hitam, aku kemudian membukakan pintu untuknya
“eh ada apa
ya?” tanyaku padanya sembari kusimpan wajahku yang sedikit ketakutan
“jangan
berpura pura di depanku, aku tau kini kamu sedang ketakutan, aku datang untuk
mengajakmu ikut denganku” ucapnya
“ikut
denganmu? Kemana?” balasku
“ikut aman,
tidak ikut sengsara. Jika kamu ingin ikut jam 19.30 malam nanti kamu ke atas
rumahmu aku tahu rumahmu berlantai 2 tapi tidak tertutup. Terima atau tidak
kamu yang menentukan, masa depanmu ada di tanganmu” setelah mengatakan itu
semua dia kemudian pergi dari hadapanku dan keluar dari rumahku.
“gadis yang
aneh” aku tutup pintu rumahku.
Aku
memikirkan apa yang gadis tadi ucapkan, ‘
aku tak
pernah membawa seorang gadis kerumahku apakah dia teman adikku? Ah tak mungkin’
kemudian aku
tidur di kamarku.
*=========================================*
Orangtua dan
adiku datang setengah 6 sore, adik dan ibuku langsung masuk kedalam kamar,
ayahku langsung mendobrak kamarku dan langsung memarahiku aku di seret ke kamar
mandi, kepalaku di paksa masuk kedalam bak mandi, saat itu aku di siksa seperti
it uterus ayahku marah sambil menangis akan kelakuanku, bukannya sadar aku
malah makin kesal padanya saat ayahku lengah aku balik keadaan aku patahkan
kanannya yang memegang kepalaku dia berteriak keras aku tusuk matanya dengan
batang sikat gigi, kemudian aku masukan air sebanyak banyaknya kedalam mulutnya
saat dia sudah lemas aku menceburkannya ke dalam bak, aku keluar dari kamar
mandi dalam keadaan kepala yang basah, aku kunci kamar mandi itu ibu dan adik
perempuanku tidak keluar dari kamar sama sekali.
Aku lihat
kea rah jam dinding menunjukan pukul 19.15, aku masih punya waktu untuk makan
malam sebelum aku pergi. Setelah makan aku mengenakan jaket hodie dan kembali
mengecek jam dan ternyata sudah 19.27 aku langsung ke atas rumah tak lupa aku
juga membawa ponselku tapi aku buang sim cardnya agar tidak terlacak.
“kamu datang
sedikit lebih cepat dari perkiraanku” ternyata gadis itu sudah ada di atas
rumahku sedari tadi
“ba,
bagaimana kamu bisa di situ dan tau ini rumahku? Perasaan aku tidak pernah
membawa seorang gadis ke sini, aku juga tak kenal siapa kamu” tanyaku terheran
heran
“oh ia aku
lupa, aku VK dari Lorddimensional, aku datang ketika perasaan itu datang dari
kamu, sebuah perasaan yang menarik ku”
“perasaanku?
Maksudmu?”
“ia saat itu
kamu memendam sebuah amarah yang sangat besar dan melontarkannya kepada2 orang
temanmu itu kan?”
“hmm.. ya
mungkin tapi aku masih belum mengeti maksudmu”
“saat kamu
emosi dan mulai meluapkannya saat itupula aku hadir di dekatmu”
“jadi maksudmu,
kamu ini..”
“sudah
jangan banyak tanya, pegang tanganku” pintanya sambil menjulurkan tangan
kirinya padaku
“seperti
ini?”
“tahan
sebentar, mungkin ini akan terasa sakit”
Tiba tiba
dari tangan gadis itu keluar mata tombak yang menembus telapak tangan kiriku
“aaaarrrghh..”
teriakku kencang sejadi jadinya
Tanganku
langsung keram tak bisa bergerak, kemudian mata pantah itu menghilang entah
kemana yang meninggalkan lubang di tangan kiriku
“aarrrggghh”
desahku kesakitan
“jangan
terlalu berlebihan, aku tau kini kamu sudah tak merasa kesakitan lagi”
Kemudian aku
menggerakan tangan kiriku, rasanya hampa dingin sekali tapi aku masih bisa
merasakan jari jemariku dan masih dapat aku gerakan.
“Apa yang
sudah kau lakukan padaku!” teriakku
“arahkan
tanganmu pada cahaya bulan,pandang lubangnya, cepat!”
“memangnya
kau ini siapa?hah!” aku membentaknya.
Aku
menikamnya, tapi dia berubah menjadi asap dan mengepungku dan mulai menggerakan
tanganku untuk sesuai yang dia perintahkan kepalaku bergerak sendiri untuk
melihatnya dan silau sekali cahayanya padahal malam itu bukan bulan purnama
mataku langsung berat dan mulai terpejam.
*===================================*
0 Response to "Who Me?"
Posting Komentar