Who Me? (part 3scape)

Tok! Tok! Tok!

Terdengar ketukan pintu kamarku yang membuat aku langsung terbangun dari mimpiku, rupanya ayahku yang mengetuk dan mengatakan bahwa ada polisi yang ingin menemuiku.

Aku terkejut apa yang terjadi,mengapa mereka mencariku apakah kejadian semalam sudah ketahuan?
ternyata benar di ruang tamu sudah ada 5 orang polisi yang sudah menungguku dan ada surat penagkapan ang tergeletak di meja,ibuku menagis dan tak mau melihatku, adikku menatapku dengan tatapn sinis, sedangkan ayahku tertunduk malu dengan apa yang sudah aku perbuat, dalam keadaan yang seperti ini aku pasrah saja dan seorang polisi memasang borgol di kedua tanganku, aku di bawa keluar rumah, ku lihat banyak tetangga yang mengerumini rumahku terheran menagapa aku di tangkap oleh polisi,


"eh cuk, salah apa lu?" tanya teman sebayaku yang biasa main denganku.

aku hanya tersenyum kepadanya dan menggelengkan kepala, dia menatapku dengan bingung.
aku di masukan ke dalam mobil polisi dan langsung di bawa ke kantor.


Setibanya di kantor polisi aku langsung di bawa ke tempat introgasi untuk di tanyakan apa dan mengapa aku melakukannya.
aku duduk berhadapan dengan pria berkacamata yang menghadap sebuah layar komputer.

"kamu fariz?" tanyanya.

"yow" 

"eh buset malah di jawab begitu, ini kantor polisi,nak" balas pria itu 
untuk jawaban dariku

"ya, aku tahu itu"

"mengapa kamu membunuh gadis itu? dia pacarmu?"

"jika dia pacarku mungkin aku orang yang beruntung di kelas"

"lalu?"

"dia temanku,hanya teman, dia di rebuti oleh banyak teman lelaki di kelasku, tidak lebih" balasku dengan santai.

"hanya itu?"

"dan mungkin aku pikir aku pantas melakukan hal itu karena dia sering mengejeku" awabku lagi.

tapi pria itu menatapku dengan sinis menandakan dia ingin aku bercerita lebih banyak.

"waktu SMP jujur aku sempat suka dengan dia karena dia terlihat lebih dewasa dari pada teman sebayanya, dan dia juga terlihat lebih menonjol di banding yang lain akan setiap ucapan dan suaranya" ceritaku.

"di singkat saja" dia mulai bosan.

"jadi selama SMP dia tak mengetahuinya dan sampai akhirnya kita 1 SMA dan 1 kelas lagi suatu hari dia mengetahui perasaanku dan teman teman mulai mengejekku termasuk dia-" 

"jadi masalahnya kamu patah hati nih?" dia memotong ucapanku.
dengan tak snegaja aku membentaknya

"jika kau memotong ucapanku lagi, aku potong lidahmu!" kalimat itu yang keluar dari mulutku.
dia terkejut menatapku.

kemudian aku lanjutkan ceritaku, dan akhirnya pria itu menyimpulkan bahwa aku bersalah karena aku telah menghilangkan nyawa teman sendiri, aku di bawa masuk ke dalam sebuah sel tahanan yang sangat pengap dan di ujung lorong, aku 1 sel dengan orang yang berpenampilan mengerikan, dia berbadan besar, rambutnya gondrong dan ada tato buga mawar di leher bagian kirinya, awal masuk dia menatapku dengan tatapan yang sangat keji.

"baik baik lah kau dengan bocah ini jika kau tak mau kehilangan bagian tubuhmu, hahaha" ucap sipil yang mengantarku ke dalam sel. aku bingung dia mengatakan itu untukku atau untuk pria besar ini.

Aku langsug duduk di sudut sel dengan posisi punggungku senderkan ke tembok.

"hey bocah, wanna play with me?" ucapnya dengan mulut sedikit meneteskan air liur.

"maho lu!" ucapku dengan lantang.

"di sini tak ada orang lagi kawan, kita berada paling pojok bagunan ini, coba kau bangun dan lihat keluar jendela"

"memangnya ada apa di sana?" 

"bangun dan lihat sendiri" ucapnya dengan wajah tersenyum dan membenamkan matanya.

aku bangun dari dudukku dan melihat keluar jendela, ternyata sebuah sungai yang aliran air cukup tenang dan berwarna coklat keruh.


"hanya sungai yang keruh, apa bagusnya?" tanyaku

"apa kau betah berdiam diri di sini? kau tak mau melatih tanganmu seperti biasa? atau mungkin kau sudah bosan dengan 'itu' di genggaman tanganmu?" pertanyaannya membuatku ingin merobek 
mulutnya.

aku tangkap kedua pipinya dengan tangan kananku.

"dengar aku baru masuk di sini dan aku tak tahu berapa lama aku tinggal di sini lagi pula aku baru mengenalmu" geramku.

"tenang, tunggu dulu biar aku jelaskan" aku melepaskan tanganku.

"kita akan keluar dari sini" dia berbisik ke arahku

"keluar? eh tong ane mau tobat dulu nih, ane baru masuk ini lapas" jawabku

"cuk, lu gak akan enak tinggal di sini, disini kita hidup terkurung, tidak bebas!" bisikannya mulai mengeras.

tiba tiba bunyi sebuah bel yang begitu nyaring dan mengganggu pendengaran


"apa itu?" tanyaku dengan suara pelan

"itu waktunya makan siang, ayo makan" ajaknya.

seorang sipil datang dan membuka pintu sel kami, kulihat pria besar itu tersenyum kepada penjaga sipil itu dan mendekat ke arahnya, dengan gerakan cepat dia berhasil mematahkan leher penjaga sipil itu.

"uy tong! ayo kabur! cepetan!" dia terlihat kegirangan sembari mengajakku.
aku terpanah akan tingkahnya tadi, aku masih belum bisa bergerak.

"tong cepet!" dia mengajaku lagi
tapi 2 sampai 4 orang penjaga sipil datang menagkapnya dan langsung membawanya.
pria besar itu menatapku dan berkata.

"dasar payah!" dia meludah ke arahku namun sayangnya angin berhembus dan air liurnya itu mengenai penjaga sipil yang tubuhnya lebih besar dari pada dia, kepalanya langsung di pukul dan pria besar itu langsung tunduk, 3 orang membawa pria besar itu dan satu lagi mendatangiku dan mengajak makan siang dengan ramah.

aku di suruh mengantri di sebuah barisan yang menagarah ke tampat bernama 'kantin' tapi lebih mirip toilet dari pada 'kantin'.
tiba bagian ku untuk mengambil alat makan dan mengambil jatah makan siangku, ternyata makan siang di sini hanya nasi dan tempe goreng lalu kami di beri sebuah tape ketan di setiap sudut piring kami.

"tunggu dulu ini tape ketan? hmm.." aku memikirkan sesuatu setelah mendapat tape ketan itu.
aku duduk di tempat yang sangat sulit untuk aku menghabiskan makananku, dia sini orang orangnya sengat mengerikan dan berbau seperti tikus got di banding dengan bau tubuh manusia,tua-muda baunya sama.
aku tak menghabiskan makan siangku, tapenya aku kantungi untuk sebuah rencana yag tak terduga suatu hari nanti.

sore harinya kami para tahanan di kembalikan ke dalam sel masing masing, terkadang aku berfikir kenapa tidak di buatkan lapangan pekerjaan saja untuk kami, jika kami punya keterampilan kan lumayan untuk kami bekerja juka sudah lulus nanti?

tak buang waktu aku langsung menempelkan tape ku ke dinding bagian pojok bawah, aku langsung mengoleskan tape itu ke dinding.
malam harinya pria besar yang satu sel denganku dia kembali dengan sebuah luka di hidungnya.

"makanye tong lu kalo mau beraksi hati hati, liat keadaan dulu" ejekku

"bacot lu! sempak fir'aun" dia memalingkan wajahnya dariku.

dia langsung naik ke ranjangnya dan posisi wajahnya berpaling dariku.

"umm hey, maaf atas ucapanku yang kurang berkenan, boleh ku tahu siapa namamu?" aku membuka percakapan.

"di sini kalo mau nanya nama gak usah banyak omong gitu" ucapnya.
aku duduk di ranjangku menatap dirinya.

"oh, hey apa kau pernah di sini dengan seseorang?" tanyaku dengan nada perlahan karena hari sudah larut malam.

"kenalin, ane Rafi sebut saja Franki biasa di panggil sujiman" dia membalikan badan dan mengulurkan tangannya

"fariz" aku terkejut dia langsung berubah seperti itu dan aku langsung menerima tangannya itu.

"tong kalo lu nanya kayak tadi lagi gua kirim lu ke loker davy jones" dia mengucapkan itu dengan wajah tersenyum.
aku tau di balik senyumnya tersimpan 2 muka, yang pertama kesedihan yang kedia kebencian.
aku balas senyumannya itu.

"mengapa kau bisa masuk ke dalam penjara? apa salahmu?" aku bertanya duluan.

"aku.. " dia menahan ucapannya

"apa?"

"aku menikam seorang pembegal yang berhasil ngebegal hasil 
begalan begal" dia mengucapkan itu dnegan wajahnya menunduk.

"what the.."

"mhehehe, lu snediri kenape tong?" dia balik bertanya

"aku memutilasi temen cewek ku sendiri di rumahnya sendiri saat dia sendiri" jawabkua dengan wajah yang sangat puas

"sempak babi, nape lu malah ikutan gua nadanya?!" dia teriak di depanku karena sekarang dia sudah dalam posisi duduk.


"woi brisik njing!" triak penjaga sipil

"maju lu sini!" teriak Rafi

"ehh.." aku terkejut melihat sikapnya yang amberegul.

"di sini sipilnya emang kayak gitu banyak bacot doang, mirip sama anggota DPR yang kerjanya tidur sama makan gaji buta" ucapnya dengan sinis
aku mendengarkan ucapan itu dengan sedikit terharu.


"udah malem tong ane tidur duluan dah" ucap Rafi yang langsung tidur.

perlahan aku mendekat ke arah Rafi dan melihat banyak sayatan pisau di sebelah ranjangnya, mungkin sudah lebih dari 100 sayatan yang ada di tembok itu,aku tak mengerti akan hal itu jadi aku kembali ke ranjangku dan mulai terlelap.


Teeeeeett Teeett Teeeeett


"bazeng ribut amat sih ini lapas? lagi lagi ada tahanan keluar!" geram Rafi sambil menutup telinganya dengan bantal

"lu sendiri berniat mau keluar kemaren" sendirku.

"keluar semuanya keluar! yang kagak keluar dari sel gua belah tytyd lu pada!" teriak seorang yang berbadan lebih besar dari Rafi dan jga yang di ludahi Rafi kemaren

"siapa sih dia?" tanyaku pada Rafi

"dia kepala sipil" Rafi terlihat ketakutan.

"woo" aku melihatnya bagaikan gorila yang pisangnya di ambil

kemudian kami di bariskan di sebuah lapangan tengah lapas yang 
sangat gersang.

"Bagi siapa saja yang ketahuan kabur dari lapas, kami tidak akan 
segan segan menghukum kalian di tempat bagi kaum pria tytydnya di belah dua! mau lu ada!" hentak ketua sipil yang bediri di atas kursi sambil memegang toa

"siap pak!" terdengar sorang tahanan menjawab

"heeh si goblok malah ngejawab,bawa dia maju dan kasih dia nasi bungkus!"

"anjer di kasih nasi bungkus" bisik ku ke Rafi

"diam dan lihat apa nasi bungkusnya" aku langsung memperhatikan apa yang di maksud dengan nasi bungkus.

tahanan pria itu di tarik kedepan oleh para penjaga sipil, 1 orang membawa kantong plastik berwarna hitam dan seperti membawa bungkusan nasi, dia mengeluarkan bungkusan nasi itu dan ternyata beneran nasi bungkus.

"kamvret nih kepala, 2 tahun lalu ane di gituin isinya pecahan kaca" keluh Rafi

"What the faak" ane kaget denger ucapan si Rafi.

"woi Rafi! liat nih gua dapet nasi bungkus beneran kagak kayak lu! hahahaha" teriak tahanan yang ada di depan.

wajah Rafi memerah menahan marah, para tahanan mulai gaduh akan ketidak adilan ini, cemo'ohan di mana mana tua,muda,wanita dan pria semuanya gaduh.

"Fakyu bitch!!" teriak ketua sipil dengan toa nya.
sontak suasana menjadi hening.

"biarkan pria tamvan ini makan nasi bungkusnya dengan tenang" ucap ketua sipil dengan memberi senyum ke arah tahanan yang ada di depan.

tahanan itu mulai memakan nasi bungkusnya dengan sangat lahap dan terlihat jelas dia sangat menikmatinya, dia makan seperti 10 tahun tidak pernah makan enak, semua tahanan terlihat iri padanya namun kenikmatannya itu hanya beberapa menit saja, tahanan itu tiba tiba berhenti makan dan memegang erat lehernya dengan kedua tangannya dia terlihat seperti tersendak, tidak dia tidak tersendak dia keracunan, dia memuntahkan seluruh makanan yang sudah dia telan di susuh dengan luberan darah segar dari mulutnya dari hidungnyapun mulai mengucur darah segar matanya melotot seakan mau keluar, dan akhirnya mengeluarkan darah juga, dia sekarat di depan para tahanan lainnya, semua sipil tidak ada yang memperdulikan dia bahkan Rafi malah ingin menahan tawanya, tahanan itu sekarat karena mulai kehilangan banyak darah dia mulai lemas dan tergeletak diam,dia mati.

"sekarang kalian boleh tepuk tangan" ucap ketua dengan perlahan melalui toa.

tapi tak ada seorangpun yang bertepuk tangan.
barisan di bubarkan dan para tahanan di hari itu tidak mendapat jatah makan sehari penuh.

Rafi tertawa lepas di sudut sel dia sangat lepas, sampai ia mengeluarkan air mata,

"seneng amat lu cok" aku mengejek dia

"lu kagak liat ekspresi mukanya? hahaha udah ngejek mati pula tuh orang, hahaha" dia melanjutkan tawanya.

keesokan harinya kejadian yang sama terus terulang namun di akhir akhir ini penjaga sipil memberikan makanan seperti biasa dan seperti biasa pula aku mengoleskan tape ketan di sudut dinding sel,ternyata Rafi menyadari kebiasaanku dan mengetahui maksudku akhirnya dia melakukan hal yang sama denganku,kami bekerja sama untuk hal ini, dia tersenyum dengan mesum ketika mengoleskan tape ketan di dinding.
suatu hari seorang penjaga sipil mengetahui apa yang sedang kami kerjakan.

"heh kenapa di buang buang!" hentak si penjaga

"bacot lu njing, mau gua sodom lu!"  Rafi menghentak balik hentakan si penjaga
penjaga pergi meninggalkan sel kami dengan wajah yang ketakutan.

"lu serius ama omongan lu?" tanyaku

"jijik gua ngelakuin hal kayak gitu" dia memalingkan mukanya dariku .

berhari hari sudah kami lakukan itu bersama dan aku mulai dekat dengan Rafi suka duka kami leati bersama sudah banyak tahanan yang tewas sia sia karena ketahuan kabur namun kali ini Rafi meyakiniku bahwa rencananya akan berhasil dan pada suatu malam yang sangat sunyi kami melancarkan aksi kami, kami mulai menggeser beberapa bata yang sudah kami lumuri tape berhari hari yang lalu, beberapa bata berhasil di pindahkan dan menghasilkan sebuah lubang di dinding.

"kita berhasil, akhirnya aku bebas" ucap Rafi perlahan ke arahku, wajahnya berlinang air mata.

"cup cup cup, masa kebo nangis"

"kamvret lu Riz! ayo caw" ucapnya berbisik.

"oh ia ini ada sedotan untuk kita bisa nafas nanti di air" dia memberiku sebuah sedotan limun

"karena lu yang punya ide untuk ngejebol dinding pake tape jadi lu duluan yang keluar" lanjur Rafi 

"tapi kau?" 

"ya abis lu lah, ntar gua tutup lagi lubangnya pake bata ini"

"ok"

clup! aku yang pertama keluar dari lubang dinding ini, airnya tenang dan cukup dingin karena udara di malam hari, aku memberi jarak untuk Rafi agar bisa turun ke sungai, ternyata sungai ini tidak terlalu dalam, hanya 1 meter lebih saja perkiraanku,Rafi mulai menyusun ulang beberapa bata yang sudah berhasil kami jebol, tapi dia sisakan 1 agar para sipil tau siapa yang berhasil menjebol sel itu.

Rafi membawa 1 bata yang entah untuk apa gunanya,kami menelusuri dinginnya malam dan air sungai yang entah di mana ujungnya dan yang terpenting aku berhasil kabur dari penjara.

0 Response to "Who Me? (part 3scape)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel