SCP-2205


Seorang desainer sekaligus seorang model busana adalah pekerjaanku.
Banyak yang mengira pekerjaan itu hanya cocok untuk wanita saja , aku pikir mereka harus berpikir lagi untuk mengatakan hal itu.

Aku Elvoust Eternia, panggil saja aku Elvo.

Sudah 5tahun aku menggeluti pekerjaan ini,namun sayangnya hampir semua yang sudah aku lakukan itu sia sia karena banyak dari hasil karyaku yang kurang bahkan tidak laku.

"Hai vo! Gimana toko hari ini, rame? " tanya Vara

"Dari pagi sampai jam segini masih seperti biasa, sepi" balasku

"Ya mungkin belum rezeki kita, sabar sajalah.." sambung Vara sembari mengecek pakaian buatanku.



Vara ini teman dekatku sejak SMA hingga kini kami sudah kuliah semester 2 kami masih bersama.
Jujur,aku suka dengannya. Dia cantik,tinggi,putih, rambutnya berwarna kecoklatan sepunggung ,matanya almond dan lesung pipinya yang membuat ia sempurna di mataku

"Vo, kayaknya bagian ini kurang rapih deh jahitannya" Vara membawa sebuah kemeja yang terdapat benang di bagian lengan kirinya terlihat keluar.

"Hmm ya sudah sini aku perbaiki dahulu" aku mengambil kemeja itu dan mulai memperbaiki jahitannya

"Nah selesai"

"Mana sini aku lihat?" Vara mengambil paksa kemeja tadi.

"Yah.. tapi jadi kurang bagus nih Vo?" Sambungnya

"Kalo gitu aku bikin baru lagi saja ya, barang kali nanti ada pelanggan yang suka, kan lumayan tuh toko ini jadi gak sesepi ini lagi" usulku

"Terserah kamu saja deh" sahutnya dengan wajah yang agak kusut mendadak

"Kok tiba tiba jadi kusut sih mukanya? Senyum dong biar terlihat manis kalau tiba tiba nanti ada pelanggan kan gak afdol kalau yang punya cemberut begitu" goda ku

"Gimana mau senyum kalo liat toko sepi begini, ditambah lagi perutku sudah lapar banget.." keluhnya sambil memegangi perutnya

"Ohh jadi tuan puteri lagi laper toh.. memangnya tadi di kampus tidak makan terlebih dahulu sebelum pulang? Biasanyakan makan dahulu?"

"Ih apaan sih Vous.." ucapnya sambil mendorongku.

"Eh ia, kebetulan benang sudah tinggal sedikit, gimana kalau aku beli benang sekalian beli makan buat kamu.." tawarku

"Kamu ada uang?"

"Tidak sih hihi.." jawabku sambil menggaruk belakang kepalaku.

"Dasar" kemudian Vara membuka dompetnya dan mengeluarkan 2 lembar uang 100 ribuan.

"Kalau ada kembaliannya ambil saja" ucapnya

Tanpa buang waktu lagi aku langsung berangkat menuju rumah makan padang untuk membeli makan untukku dan juga Vara.
Setelah dari rumah makan padang aku langsung menuju pasar untuk membeli beberapa gulung benang dan beberapa lembar kain yang sudah mulai menipis di toko.

Sampai depan kios kain dan benang langganan, ternyata kios itu tutup.

"Yah tutup.. mau beli kemana lagi bahannya? Disini sudah biasa dan bahannya bagus bagus" keluhku.

Namun ternyata keluhanku terdengar oleh seseorang di sebelah kios.

"Hey kau.. kemarilah" ucap seseorang bertudung kumuh yang memanggilku

Awalnya aku ragu untuk mendatanginya

"Cepatlah.. aku tidak suka menunggu" ucapnya dengan nada berbisik dan agak kasar.

Karena khawatir akupun mendekatinya dengan penasaran aku menanyakan maksudnya mengapa ia memanggilku.

"Aku tahu kau sedang butuh benang dan kain-"

"Ya ialah aku sedang butuh 2 bahan itu kalau tidak, mengapa aku mendatangi toko itu?!" Gertakku yang memotong ucapannya

Tanpa basa basi lagi aku langkahkan kakiku untuk meninggalkan orang aneh itu.
Namun tangan orang itu menarik tangan kiriku untuk menahanku pergi, tangannya terasa panas dan terlihat kuku kukunya panjang melancip dan berwarna hitam.

"Hey!" Gertakku.

"Tidak baik memotong ucapan orang tua sepertiku,nak" orang itu membuka tudungnya yang kusam dan memperlihatkan apa yang di sembunyikannya tadi.

Seorang kakek uzur yang aku taksir berusia 80 tahunan dengan rambut yang sudah putih seutuhnya.

"Aku menjual beberapa gulung benang dan beberapa lembar kain disini, apa kau berminat membelinya?" Ucap kakek itu.

"Boleh aku melihat lihat jenis kain apa yang kau jual?" Tanyaku.

"Oh tentu,dengan senang hati" ucapnya sembari mengulurkan beberapa kain dari balik kantong kain kusutnya berwarna hitam.

Setelah aku memeriksa jenis kainnya akupun sedikit berminat untuk membelinya, tak lupa dengan beberapa gulung benang yang ia jual.

"Pilihanmu bagus sekali nak" ucapnya memuji

"Ah aku sudah terbiasa untuk memilih dan membeli kain yang bagus untuk pelangganku"

"Oh jadi kau seorang pengusaha?"

"Tidak, aku hanya bekerja sebegai desainer dan modelnya saja" jawabku

"Aku yakin usahamu akan laris setelah membeli kain dariku"

"Mengapa engkau begitu yakin? Aku sendiri belum sempat membuatnya"

"Ush ush ush.. aku sudah dapat meramalkannya" jawabnya tenang.

"Baiklah dasar kakek aneh, semuanya berapa?" Tanyaku yang mulai resah akibat ulahnya.

"Aku berikan semuanya gratis, namun kau harus menanda tangani kontrak ini terlebih dahulu" ucapnya sambil mengulurkan selembar kertas perjanjian.

"Apaan ini?! Selembar kertas dengan tulisan merah darah dan tertulis 'bayar dengan jiwamu'? Haha kau ini siapa sebetulnya? Iblis?malaikat? Aku tidak percaya dengan hal yang seperti itu, sekarang dimana aku menanda tangani kertas ini?" Tantangku

Dengan cepat kakek itu menusukkan jari telunjuknya ke jempol tangan kananku dan mengakibatkan tetesan darah keluar dari situ.

"Aww dasar kurang ajar!" Bentakku

"Diam!" Jempolku langsung di tempelkan di kertas itu dengan darah yang masih menetes.

"Perjanjian sudah terjdi, kontrak sudah dibuat" ucapnya dengan nada serak

"Hey hey apa maksudmu? Apa kau akan mengambil jiwaku?" Ucapku dengan gemetaran.

"Dasar bodoh, aku tidak akan mengambil jiwamu!" Gertaknya dengan memancarkan mata berwarna merah.

Dengan penuh ketakutan aku langsung lari keluar dari pasar dan langsung pergi dengan motorku meninggalkan tempat tadi.

Sesampainya di toko milik Vara, aku menceritakan semua kejadian yang aku alami tadi namun Vara malah tertawa tidak percaya mendengarnya dan menganggap bahwa aku sedang berhalusinasi.

Setelah selesai bercerita dan makan siang, kami kembali memulai kegiatan kami.
Dengan desain yang sama kemudian Vara yang menjaitkan kemeja yang aku desain tadi dan sesi pemotretan selesai, tibalah waktunya utuk memposting desain kemeja tadi ke forum resmi kami.

Dalam hitungan jam, tidak bahkan dalam hitungan menit sudah banyak orang yang menekan tombol like dan berjanji akan datang ke toko kami.
Dan tidak butuh waktu lama pelangganpun terus berdatangan untuk memborong kemeja serta beberapa kemeja baru yang baru saja selesai di buat.

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, biasanya toko sudah tutup sejam jam 5 sore tadi.
Namun hari ini masih ada beberapa pelanggan yang masih ada di toko untuk menunggu pesanannya selesai di buat.

"Wah.. hari ini ramai banget" ucap Vara dengan girang seiring di tutupnya pintu dari pelanggan terakhir.

"Vo, aku seneng banget hari ini.. pendapatan kita luar biasa, rahasianya apaan nih Vo?" Tanyanya padaku sembari mendekatkan wajahnya padaku

"Eh em.."

"Ciee mukanya merah.. haha"

"Ia la, lagian kamu natap aku sedeket itu" ucapku malu

"Ohaha.." jawabnya singkat

Hari itu aku pulang jam 9.30 malam dan aku langsung tidur di kamar kostku.

Pendapatan hari itu kami mendapat 4-5 juta, aku sendiri bingung apa yang sudah terjadi, padahal desain dan warnanya sama seperti sebelumnya, tidak ada yang beda.

Keesokan harinya aku mendapat kiriman kain dan benang sama seperti yang aku beli kemarin dan dengan bahan bahan itu aku kembali membuat beberapa buah kemeja lagi dan hasilnya sama seperti kemarin, toko kami di serbu pembeli.

Begitupun dengan esok hari dan seterusnya, toko kami terus berkembang dan pendapatan terus meningkat hingga mencapai omset 100 juta perhari.

Dari uang sebanyak itu setiap harinya aku berhasil melanjutkan kuliahku yang sempat putus dan kini aku telah menjadi sarjana 1.

Bahkan dengan uang segitu kami dapat memperbesar toko kami hingga memiliki 2 lantai untuk dapat menampung jumlah pakaian dan pelanggan yang kini tidak sedikit lagi.

Sayangnya saat sedang ramai ramainya toko kami, aku jatuh sakit. Sesekali setiap aku terbatuk aku memuntahkan banyak darah, Vara yang melihat kejadian itu langsung mengantarku kedokter di rumah sakit terdekat.

Karena kini toko kami sudah menyewa beberapa pelayan untuk melayani dengan baik setiap pelanggan yang datang membeli maupun yang hanya ingin  melihat lihat saja.

Kata dokter aku ini sehat, mungkin hanya karena kurang istirahat saja. Setelah memeriksakan aku ke dokter,Vara mengantarkan aku pulang ke kostan untuk sebentar merawatku.

Sejak siang Vara merawat dan menemaniku dengan sabar, hingga malam tiba dia sempat ketiduran di kursi demi menungguku untuk kembali pulih.

"Vara.." ucapku perlahan untuk membangunkannya

"Ia, ada apa Vo?"

"Sudah pagi.. sebaiknya kamu pulang, nanti kamu di cari oleh kedua orang tuamu"

"Apa kamu merasa sudah baikan sekarang?" Tanyanya

"Cukup baik untukku berdiri dan berjalan menghirup udara segar di depan kamar" jawabku

Namun Vara hanya terseyum melihatku

"Baiklah kalau begitu, aku akan beli sarapan untuk kita berdua" lanjutnya sambil memacu sedan BMW miliknya.

Baru beberapa menit Vara meninggalkanku pergi, badanku terasa sangat lemas, kepalaku serasa ingin meledak dan pandanganku mulai tak karuan hingga akhirnya aku kehilangan tenagaku untuk berdiridan aku mulai ambruk.
Sesaat sebelum pandanganku benar benar hilang aku sempat melihat dan mendengar kakek yang beberapa waktu lalu aku temui.

"Sudah rusak rupanya, baiklah ini adalah bayaran untukmu" ucap kakek itu sembari menaburi sekujur tubuhku dengan sesuatu yang berwarna hitam, aku pikir itu hanya pasir.

Kemudian setelah di taburi benda hitam oleh kakek itu pandangan dan pendengaranku mulai menghilang dan aku tak sadarkan diri.

Aku terbangun di sebuah kamar yang asing bagiku,ini bukan kamar kostku, ini adalah rumah sakit. Tapi siapa yang mengantarku kemari.

"Vous, akhirnya kamu siuman juga" ucap Vara yang duduk di sebelah ranjangku.

"Vara? Kenapa aku ada di sini? Apa kamu yang mengantarku kemari? Aku kenapa,Vara? Apa kata dokter tentangku? Kenapa sekujur tubuhku di perban?" Aku merasa sangat cemas saat itu.

"Vous.. maaf sudah membuatmu menjadi seperti ini, aku lihat saat aku kembali setelah aku beli sarapan 1 minggu lalu kamu sudah terbaring di depan pintu dalam keadaan hangus terbakar, untungnya ada Bumbum temen kostmu yang mengantarmu ke sini" terangnya.

"Apa, sudah 1 minggu? Bagaimana dengan toko kita?"

"Toko kini dalam keadaan drop,semenjak kamu absen pelanggan terus menurun karena mereka tidak mau menerima pakaian yang aku desain" ucapnya dengan nada cuek.

"Ya Tuhan.. apa yang sudah aku lakukan.." aku merasa kecewa pada diriku sendiri.

Dalam keadaan seperti itu batukku kembali kambuh, karena seluruh tubuhku di perban dan tidak bisa menggerakan tanganku maka dengan cepat darah yang keluar dari mulutku mengotori hampir seluruh tubuhku yang di perban bahkan kasurpun tak luput terciprat darahku.

Dengan cekatan Vara menekan tumbol alarm untuk memanggil dokter dan perawat untuk segera datang ke ruanganku ini, tak butuh waktu lama seorang dokter dan 3 orang suster datang memasuki ruanganku.
Saat itulah pertama dan terakhir kalinya aku melihat Vara menangis, tangan Vara terus menerus ingin meraihku namun sayangnya suster menyuruh dan mendorong Vara keluar dari ruanganku.

Dokter langsung dengan cekatan memasang pacu jantung kepadaku, dengan frekuensi yang sangat kuat aku terus bergejolak di atas ranjang rumah sakit ini, sesekali seorang suster menyuntikkan obat penenang kepadaku yang menembus perban dan kulit di lengan kananku.

Bukannya tenang aku malah bangun dari ranjangku dan menyabut semua selang yang ada di tubuhku. Tubuhku mulai terasa sangat aneh, tulang tulang mulai menembus kulitku di beberapa tempat.

Di setiap pundakku tumbuh tulang runcing dengan panjang masing masing sekitar 30 cm, begitupun di kedua sikut tanganku yang panjang masing masingnya 15 cm, kedua lututku dan kedua tumit kakiku.

Jari jariku memanjang tak semestinya, semua kuku ku meruncing panjang dan berwarna hitam.

Di bagian belakang tubuhku tumbuh ekor sepanjang 1 meter mirip seperti ekor buaya namun warnanya seperti warna kulit manusia, sepanjang punggungku tumbuh memanjang keluar beberapa tulang punggungku membentuk sabit dan bagian kepalaku sangat mengerikan.
Kedua mataku berubah seperti reptil mulutu memanjang seperti rubah dan 2 taring atas mulutku memanjang keluar, telingaku seperti kucing dan kini tubuhku benar benar tidak dapat di kenali bahwa aku ini manusia.

Semua yang melihatku mematung dan merasa takut begitupun dengan Vara yang sangat amat tidak percaya melihatku seperti ini.

Beberap security mendatangi ruanganku bahkan aku lihat bebrapa pasukan pengaman tiba ke ruanganku dan mulai menembakiku, pikiranku saat itu sedang sangat kacau hingga aku mengamuk di ruanganku, peluru dari pistol pasukan pengaman yang di tembakan kepadaku sangat tidak berpengaruh.

Kemudian aku mendobrak pintu keluar untuk memastikan apakah Vara masih menungguku di luar atau tidak. Ternyata Vara sedang di tarik mundur oleh beberapa pasukan keamanan untuk menjauh.
Bahkan saat aku sedang di tembaki Vara sempat berteriak untuk menghentikan tembakan itu, namun para penjaga keamanan terus saja menembakiku.

"Vara..!!" teriakku

Namun entah apa yang di dengar oleh mereka karena mereka terus saja menembakiku.

Hingga aku melawan mereka dan kebetulan rumah sakit sedang tidak terlalu ramai, maka aku bebas melakukan amukan dan merusak beberapa bangunan. Aku terus mengamuk di salah satu gedung rumah sakit itu. Bahkan dalam keadaan mengamuk aku kembali melihat kakek itu lagi, namun kali ini aku melihat perubahan wujudnya.

Perlahan semua rambutnya menghitam dan kulitnya kembali kencang, kepalanya di tumbuhi 2 buah tanduk seperti tanduk kambing dan dari punggungnya mengeluarkan sepasang sayap hitam.
Dia tersenyum kepadaku dan kemudian terbang begitu saja tanpa seorangpun menyadari kehadiran kakek tadi.

Melihat Vara yang sedang di amankan oleh para pengaman untuk menghindari seranganku, aku berfikir untuk mengtakan hal yang paling aku inginkan selama ini, namun sayangnya takdir berkata lain saat itu.

Vara tetap di bawa ke mobil pengaman dan pergi meninggalkanku yang sedang mengamuk  tak karuan, karena aku sendiri heran karena aku mengamuk tanpa rasa amarah, tubuhku bergerak sendiri hingga akhirnya aku kelelahan dan masih terus di tembaki oleh pasukan pengaman.

Tak lama setelah aku ambruk, aku di bawa oleh pasukan pengaman dan di masukan ke dalam suatu ruangan yang di batasi oleh pagar besi yang di aliri oleh listrik bertegangan tinggi. Mulai saat itulah aku berpisah oleh pujaan hatiku dan kini aku di beri nama baru oleh seseorang berpakaian dokter, SCP-2205 adalah namaku sekarang.

0 Response to "SCP-2205"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel