Cerita terakhir



Siang itu terasa sangat panas. Aku,Nikki,Luci dan Arum baru saja pulang sekolah dengan berjalan kaki. Selama perjalanan, kami membicarakan hobi kami, tidak seperti anak SMA pada umumnya, hobi kami adalah bercerita dan menjelajah di tempat beraura mistis.

“Eh, besok kita ke rumah kosong di dekat rumahku yuk” ucap Arum

“hmm boleh deh, tapi itu serem gak?” balasku

“Ia, serem gak tuh? Nanti kamu mengecewakan kami” ketus Nikki

“Beneran.. itu rumah serem banget loh! kalau aku lewat situ aku merasakan hawa dingin terus” terang Arum

“Aku gak ikut ah, aku takut..” rintih Luci

“Tenang.. aku bakal jagain kamu kok”

“ciee Nikki.. “ ucap aku dan Arum

Kami berempat kemudian berpisah di pertigaan jalan, aku searah dengan Nikki sedangkan Luci dan  Arum searah karena mereka 1 kost.

Sorenya aku kerumah Nikki untuk berkumpul di kostan Arum, karena ada sesuatu yang mau dibicarakan untuk permainan besok di rumah angker itu.
Setibanya di rumah Nikki aku menunggu cukup lama karena Nikki sedang mandi,sembari menunggu 
Nikki mandi, aku sempatkan diri untuk searching di internet tempat-tempat angker di sekitar kota ini.
Sebetulnya aku ini pindahan dari kota sebelah karena tuntutan kerja ayahku, aku pindah ke kota ini sudah 3 tahun yang lalu dari kelas 2 SMP. 

Awalnya, aku tidak mau pindah karena di kota asalku aku sangat suka bermain game online di warnet, maklum sebelah rumahku yang dulu adalah warnet.
30 menit aku menunggu Nikki mandi dan bersiap siap, aku juga sudah menemukan beberapa lokasi yang katanyanya angker dan siap untuk jadi bahan  rundingan kami berempat nanti.

Perjalanan dari rumah Nikki ke kostan Arum cukup jauh, tapi tak akan terasa bila sudah ada Nikki di sebelahku, karena dia itu orang yang suka ngombrol dan juga iseng, jadi perjalanan 15 menit berjalan kaki kami tak terasa.
Di kostan Arum,aku dan Niki di suguhi sirup dan beberrapa makanan ringan

“Mana si luci?” tanyaku

“Dia lagi angkat jemuran di belakang,gak lama lagi juga dia nongol” balas Arum
Tak lama Luci datang ke ruang tamu menemui kami

“Maaf ya tadi aku abis angkat jemuran”

“Ah, lu mah emang macem siput, lambat.. ayo kita mulai rundingannya” ajak Nikki
Kemudian kami memulai rundingan aku sempat mengusulkan tempat yang aku serching di internet, tapi Arum tetap bersikeras akan tempatnya, karena sempat berseteru antara aku dan Arum kemudian kami di lerai oleh Luci

“Kalian ini kayak bocah!” ketus Luci
Lalu aku meminta maaf ke Arum.

Setelah pembicaraan dan perdebatan kami selesai, kami memutuskan untuk pergi ke tempat yang di maksud Arum,tetapi bukan malam ini karena hari ini cuacanya kurang mendukung.

 Malam yang di tentukanpun tiba,aku mempersiapkan diri dengan hanya membawa sebatang lilin yang masih baru dan pakaian yang aku kenakan saja, seperti biasa aku ke rumah Nikki terlebih dahulu dan ke kostan Arum untuk berkumpul.

Semua persiapan sudah siap, kami langsung menuju lokasi yang Arum maksud, malam itu sangat dingin karena tepat jam 11.25 malam,saat itu malam jum’at kliwon tanggal 13 yang katanya jangan meninggalkan rumah di malam itu karena kerap terjadi hal hal yang tidak di inginkan.

Fakta atau mitos itu masa bodo bagi kami,karena kami sudah terbiasa akan hal mistis, cukup lama menuju lokasi karena kami hanya berjalan kaki. Kenapa berjalan kaki? Karena  hanya aku yang punya kendaraan, itupun hanya sepeda.

Tiba di lokasi jam tanganku menunjukan pukul 11.55 kurang 5 menit sebelum tepat tengah malam,suasana malam itu berubah menjadi sangat mengerikan setelah melihat penampakan rumah yang di maksud Arum.

Kami berdiri sekitar 20 meter dari lokasi yang di maksud,terlihat bangunan tua yang sudah termakan usia dan jendelanyapun sudah rapuh, tanaman liar sudah menggerogoti sebagian rumah tua itu.

“Kita balik aja yuk, aku takut banget..” rintih Luci

“Elaah  luci, ini gak seseram  kelihatannya kok” bujuk Nikki
Aku sendiri ragu apakah aku berani bermain di dalam rumah tua malam malam begini, aku menelan ludah.

Kami mulai mendekati rumah tua itu,tepat di depan pintu, kami mulai menyalakan batangan lilin yang sudah kami bawa,setelah semua lilin di nyalakan kami mulai berbaris dengan Nikki di paling depan, kemudian Luci, aku dan terakhir Arum.
Saat kami mulai membuka pintu aura dingin menyapa kami,tapi kami tetap memberanikan diri karena kami sudah terbiasa akan hal berbau mistis.
Sudah berkali kali kami berempat bercerita seram di tempat tempat angker demi memuaskan hasrat kami, namun semua itu sia sia saja karena kami berlum sekalipun bertemu dengan makhuk halus tepat di hadapan kami secara langsung.

Kemudian kami memasuki ruangan yang mungkin itu adalah ruang tengah ataupun ruang keluarga, karena di situ terdapat sebuah perapian kecil dan beberapa bantal duduk yang, kami duduk melingkar di tempat itu.
Masing masing lilin ditempatkan di hadapan orang yang membawanya, Arum mulai memimpin do’a sebelum aktivitas kami lakukan, kami melalkukan hompimpa untuk siapa yang pertama kali bercerita, ternyata Arum yang pertama bercerita kemudian Nikki,aku dan yang terakhir Luci.

Arum mulai bercerita tentang fakta rumah ini, ternyata rumah ini dulunya di huni oleh keluarga harmonis yang memiliki seorang anak permpuan namun naas, pada malam jum’at tanggal 13 semptember 48 tahun tahun lalu, keluarga itu di bantai oleh seorang perampok, kedua orang tuanya di penggal dan di ambil oragan dalamnya, sedangkan anak perempuan itu di mutilasi dan kedua matanya di ambil, sontak setelah mendengar cerita dari Arum kami bertiga merasa sangat gemetar ketakutan apa lagi kami berempat sedang berada di rumah yang di maksud cerita Arum.

Cerita kedua di ceritakan oleh Nikki tentang pesta Halloween, itu sudah sering ia ceritakan sehingga kami bertiga tidak takut lagi, kemudian aku yang bercerita, tetapi karena aku masih terbayang bayang akan cerita Arum yang membuat bulu kudukku berdiri jadi aku menyingkat cerita seramku saja itupun dengan suara terbata bata.

Cerita keempat di lakukan oleh Luci namun Luci tidak membuka mulutnya untuk beberapa saat, tak lama dia mulai bercerita dengan suara dingin tentang sebuah perampokan di sebuah rumah yang ceritanya mirip dengan cerita Arum hanya saja di akhir ceritanya Luci mengatakan dia tidak bisa melihat apa apa.

Kami kira itu hanya gurauannya saja karena di ruangan ini memang gelap dan hanya ada cahaya lilin kami saja yang menerangi seisi ruangan ini, itupun dengan cahaya yang redup.  Semua orang sudah bercerita dan tidak terjadi bahkan tidak bertemu dengan sosok halus, kami berempat kemudian bergegas meninggalkan rumah tua itu, 7 langkah di depan pintu rumah, kami meniup lilin masing masing yang kami pegang, di awali dari Arum karena dia yang pertama bercerita di susul dengan Nikki begitu pula dengan lilin yang aku pegang, dengan tangan gemetaran aku meniup lilinku, namun tidak dengan Luci

“Luci, kenapa lilin akamu gak di matiin? kamu masih ketakutan ya?” ucap Arum dengan nada meledek

“Tenang, kita udah cukup jauh dari rumah itu kok, matiin aja” sambung Nikki

“Ia, lagi pula di depan sudah ada lampu jalan kok, semua akan baik baik aja” aku meyakini Luci.

“Bukan.. bukan itu masalahnya!” gertak Luci

“Tadi aku belum sempat bercerita” sambungnya dengan wajah pucat pasi.

0 Response to "Cerita terakhir"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel