Wanna Be



Luke Rellik, seorang bocah lelaki yang hidup dengan orang tua angkatnya yang sangat memandang rendah dirinya. Ia duduk di kelas 2 sekolah menengah akhir.

Di kelasnya ia duduk sendirian karena tak ada yang mau duduk dengannya. Mejanya selalu berantakan karena robekan kertas dan coretan tak menyenangkan, bukan karena dia seorang seniman, tapi robekan kertas itu adalah tugas tugas sekolah yang sudah susah payah ia kerjakan namun di rusak dengan mudah oleh tangan kotor beberapa temannya yang suka membulynya.

Dia sendirian di kelas, dia kesepian, tak ada yang mau membantunya. Tapi dia punya hati yang sangat tulus jika ada temannnya yang meminta bantuan tugas kepadanya, msekipun ketika ia sendiri kesusahan tak ada yang mau membantunya, termasuk ibu tirinya.

“hey, Luke! Mana setoranmu hari ini?!” gertak salah satu teman kelasnya bernama Luzy.

Tubuh Luzy dua kali lebih besar dari tubuh Luke karena tertimbun lemak yang cukup tebal,di belakang Luzy ada 3 kawannya lagi yang suka membuly Luke.

Mereka adalah Hizad, Hando, Ryu dan Igon.

Mereka berlima di namai breaker oleh kepala sekolah, karena pernah mereka berlima memporak porandakan ruang kepala sekolah dan kepala sekolah sendiri sudah angkat tangan untuk mengurus mereka, tak ada yang berani melawan mereka.

Pernah suatu hari ada guru wanita yang ingin mengeluarkan mereka, namun sayangnya guru itu kabarnya tidak di ketahui lagi keberadaannya hingga kini.

“hari ini aku tidak di beri uang saku” ucap Luke sembari membuang muka.

“Hei kau!” ucap Igon sembari menyulutkan bara rokok yang sedang ia hisap ke telapak tangan kanan Luke.

“arrggh” teriak Luke kesakitan

“hahahaha..” suara tawa keras dari gerombolan itu.

“lihat.. lihat dia kesakitan” ucap Igon

“hey, mana uangmu!” gertak Luzy sembari mencengkram wajah Luke

“tidak ada uang hari ini..” ucap Luke merintih

“Sialan!”  Hando langsung menghajar perut Luke hingga Luke jatuh terkapar.

Melihat kesempatan itu gerombolan itu langsung menghajar luke habis habisan. Banyak anak yang menonton kejadian itu, tapi tak satupun yang menolongnya.

“orang miskin! Anjing rendahan macem kau lebih baik keluar dari sekolah ini!” ucap Ryu yang di sambut tawa dari kawanannya.

Selepas puas menghajar Luke mereka meninggalkan Luke yang terkapar di sudut kelas dengan baju yang robek dimana mana.

Anak anak yang tadi hanya melihat Luke di hajar, satu persatu membubarkan diri mereka karena menurut mereka ‘tontonannya sudah selesai’.

Luke yang terkapar tak berdaya itu hanya bisa menahan sakitnya sambil menangis sendirian di sudut ruang kelas yang sudah mulai sepi karena sudah waktunya pulang sekolah itu.

Setibanya di rumah, Luke yang terlihat berantakan itu meminta tolong untuk di beri pengobatan kepada ibu tirinya. Bukannya di beri obat, Luka malah mendapat ciuman manis dari sepatuflat ibu tirinya tepat di kedua pipinya.

Luka tidak marah pada ibu tirinya itu, ia hanya memberikan senyuman. Karena Luka tau jika ia merengek atau menangis, ibu itirinya itu malah tambah menyiksa dirinya. Karena saat pertama kali 

Luke terkena siksaan dari ibu tirinya itu dengan menempelkan setrika panas ke punggung Luke, ketika Luke yang berusia 15 tahun menangis karena buku tugasnya di robek robek oleh teman kelasnya yang sampai kini mereka masih membuly Luke.

Setelah mendapat ciuman manis dari sepatu ibu tirinya itu, Luke pergi ke kamarnya yang yang tampak tidak terawat karena mereka hanya tinggal berdua saja di rumah minimalis itu.

Luke menjahit sendiri baju yang robeknya itu namun sayangnya Luke kehabisan benang jahitnya dan harus membelinya di toko yang cukup jauh dari rumah.
Luke mengintip kecil ke lubang dinding kamarnya berharap masih ada ada uang yang pernah ia selamatkan dari Luzy dan kawanannya itu dan berhasil menemukan 2 lembar uang 20 ribu, Luke lantas mengenakan jaket hodie hitam lusuhnya dan berniat untuk pergi membeli benang jahit untuk kembali menjahit baju seragamnya itu.

“Hey bocah sialan! Mau kemana kau!” Bentak Ibunya

“aku mau ke toko benang mah, benang jahitnya sudah habis” ucap Luke dengan sopan

“Cih! Aku sedang haus! Ambilkan aku sebotol anggur yang ada di kulkas itu cepat!” perintah ibu 
Luke dengan kasar.

Namun Luke menahan dirinya untuk segera membeli benang dan menuju dapur untuk mengambilkan sebotol anggur yang ada di kulkas sesuai dengan perintah ibunya.

“ini mah anggurnya” ucap sopan Luke kepada ibunya dengan sebuat senyuman manis.

“lama banget sih!” gertak ibu Luke sembari memukulkan cangkir yang Luke bawa ke kepala Luke dengan kasar.

Namun Luke membalasnya dengan senyuman manis. Tidak ada ekspresi lain selain sebuah senyuman ketika Luke di hadapan ibu tirinya itu.

Luke lantas keluar rumah dengan berjalan kaki menuju toko benang yang jarak tempuhnya 2 kilometer dari rumahnya.

“sore..” ucap penjual benang sesaat ketika Luke tiba di depan toko benang

“eh.. ia sore..” balas Luke dengan lembut

“emm.. pak, ada benang jahit warna hitam? Aku beli 2 gulung” tanya Luke dengan lembut

Namun penjual itu malah memperhatikan Luke di kepala Luke

“kamu baik baik saja nak dengan kepala berdarah seperti itu?” tanya penjual yang balik bertanya

“eh.. gak apa apa kok pak, udah biasa” ucap Luke terseyum sembari menahan sakit di kepalanya

“oh.. ya udah kalo gitu.. sebentar, saya ambilkan benangnya dulu” ucap penjual itu dan menuju 
kedalam bagian toko yang tak terlihat mata karena benang jahit hitam sedang tidak di pajang di etalase toko.

“ini benangnya” ucap penjual itu sembari menunjukan gulungan benang itu ke Luke.

“ ia pak, ini uangnya” balas Luke dengan lembut sembari menyodorkan uang 20 ribu.

“hati hati di jalan” ucap penjual sembari memberikan gulungan benang yang sudah di masukan kedalam kantung plastik hitam ke Luke.

Gerimis yang cukup lebat menemani perjalanan pulang Luke, sehingga Luke harus mempercepat jalannya agar cepat tiba di rumah.

Sayangnya Luke di sekap dan di bawa ke gang yang sangat sepi dan sangat di pojok kota, tidak lain penyekap Luke adalah gerombolan Luzy yang makin hari makin parah.

“wah.. dapet santapan sore nih kita” ucap Hando.

“Lumayanlah buat minum sama nyewa ntar malem nih,Zy” ucap Igon

“hahaha.. “ sambung tawa gerombolan itu.

“hey, Luke.. aku harap kau tidak lupa jika bertemu kita kau harus memberi apa” ucap Luzy dengan 
tangan yang mencengkram leher Luke dan langsung menyenderkannya di tembok.

Hizad langsung mengambil bungkusan berisi benang jahit dari tangan Luke dengan paksa

“cih! Apaan nih!” ucap Hizad sambil membanting bungkusan itu ketanah yang di susul dengan tendangan dari Ryu sehingga keluar dengan berandatakanlah benag jahit itu.

“kalian..” ucap Luke menunduk lesu melihat apa yang ia beli dengan uangnya itu di sia siakan begitu saja.

“trus kamu mau apa? Hah?” ucap Luzy di susul bogeman mentah ke pipi kanan Luke hingga Luke tersungkur di hadapan Luzy

Gerombolan itu tertawa melihat itu..

Igon dan Ryu mengangkat tubuh Luke dan menyenderkannya di tembok dan langsung memukulinya hingga cukup banyak darah yang keluar dari bekas luka pukulan itu di wajah Luke.
Tak hanya Ryu dan Igon, tapi Luke benar benar di keroyok oleh 5 orang yang tubuhnya lebih besar dari dirinya itu.
Finalnya ketika Luke di paksa berdiri dan oleh Ryu dan Hando dan di sandarkan ketembok.

“eitss.. tunggu dulu.. ini jaket keren juga nih!” ucap Hizad sembari membuka paksa jaket Luke dan langsung ia kenakan di tubuhnya sendiri.

“hey.. itu jaketku..” ucap Luke dengan nada meninggi

“hah? Apa?” ucap Hizad mendekatkan telinganya ke mulut Luke

“itu jaketku..” gertak Luke yang mulai kesal

“jakut mu? Hahaha.. makan nih” ucap Hazad dengan memukul keras perut Luke.

Tapi Luke sudah mulai bisa menahan dirinya agar tidak terjatuh tanpa di bantu bangun oleh Ryu dan Hando lagi.

Kedua tangan Luke di rentangankan oleh Hando dan Ryu, karena Luke sudah melemas karena telah 
di kroyok oleh 5 orang itu, Luke hanya menerima saja ketika tangannya di rentangkan itu.

Luzy kemudian membuka pisau lipatnya yang ia bawa dan menggoreskan nya ke telapak tangan kanan Luke secara vertikal hingga darah mengalir dari luka itu.

“aaarrgghh..” teriak Luke menahan sakit namun gerombolan itu malah tertawa kencang dan ketika 

Luzy melakukan hal yang sama ke tangan kiri Luke gerombolan itu justru tertawa semakin keras.

Hingga pada akhirnya Luzy menancapkan pisau itu ke telapak tangan Luke dengan paksa hingga Luke mengeluarkan teriakan kesakitan yang sangat amat menyeret hati. Namun gerombolan itu seakan tak punya hati untuk melihat dan merasakan, mereka justru malah tertawa makin keras bagaikan lolongan serigala di malam hari.

Namun sayangnya hari itu adalah hari terakhir mereka melihat dan bertemu dengan Luke.
Karena pada saat Luke melihat kedua tangannya terluka dan mengeluyarkan banyak darah di tambah lagi tangan kiri Luke yang di tusuk paksa oleh Luzy dengan pisau 15cm itu mengeluarkan banyak darah, sesuatu di dalam diri Luke terbangun melihat itu.

Awalnya Luke terjatuh seakan pingsan dan terlihat kehabisan darah karena lukanya, dan terbaring di antara tawa gerombolan sadis itu, namun saat Hando menjambak kepala Luke dan ingin melihat wajah Luke yang kesakitan justru yang terlihat adalah wajah Luke yang menyeringai dan tatapan tajam dari mata Luke kepada gerombolan itu, tawa menghilang.

Gerombolan itu terlihat panik karena melihat ekspresi wajah Luka yang berubah 1800 dari sebelumnya. Dengan cepan Luke mencabut Pisau yang masih menancap di tangan kiri Luke dengan tangan kanannya hingga memuncratkan banyak darah yang menyemprot ke wajah hnado.
Luke langsung mengayunkan pisau itu dan memotong kedua pergelangan tangan Hando, Hando yang panik melihat itu mulai ketakutan terhadap Luke, bahkan gerombolan itu mundur beberapa langkah menghindari Luke yang sudah seperti itu.

Hando yang terlihat bingung bercampur rasa sakit karena kedua pergelangan tangannya hilang itu kini jadi santapan empuk Luke, dengan cepat Luke menghujamkan pisau itu ke kedua mata Hando sembari tertawa bringas. Setelah menghujamkan kedua kelupak mata Hando, Luke langsung bermain dengan lidah Hando dengan mmotong lidahnya itu.

Kawan kawan Hando terlihat panik dan Hizad mencoba melarikan diri dengan masih mengenakan jaket milih Luke, tatapan Luke lagsung mengarah ke Hizad dan meleparkan sebongkah batu bata yang kena tepat ke kepala Hizad dan membuatnya terjatuh dan pingsan.

Sedangkan Ryu,Igon dan Luzy masih melongo tidak percaya dengan apa yang terjadi di hdapan mereka itu. Tanpa butuh waktu yang lama, Luke melompat ke sembari menghujamkan Pisau itu ke atas kepala Ryu dan berhasil menembus tulang kepala Ryu hingga Ryu terbujur kaku.
Sedeangkan Igon dan Luzy mengeroyok Luke secara bersamaan. Igon mengenakan potongan kayu sedangkanLuzy dengan pipa besi yang ia baru temukan..

Luzy mengayunkan pipa besinya ke arah Luke, namun Luke berhasil menghindarinya dengan mudah dan menancapkan pisau milik Luzy itu ketangan kanan Luzy Igon yang berniat menyerang Luke dari belakang justru terkena tendangan Luke yang sudah mengetahui gerakan Igon tersebut dan mementalkan balok kay yang ia ingin gunakan untuk menghajar Luke. Luke mencabut paksa pisau itu dari tangan Luzy dan l;angsung menyayatkan ke mulut Luzy hingga mulut Luzy robek dari pipi kiri ke pipikanan dan Luzy ambruk sementara menahan sakitnya luka itu.

Luke kini berhadapan dengan Igon yang merupakan tukang mabuk di sekolah itu. Igon kembali memungut balok kayu yag tadi sempat terhempas itu, dan langsung meyerang Luke secara brutal, namun Luke menghindari itu dengan mudah sembari menyeringai hingga membuat bulu kuduk Igon bergidik. Hingga sampai suatu langkah Igon yang salah dan melihat kesempatan itu Luke langsung mentekel kaki kiri Igon hingga Igon jatuh tersungkur di sisi kiri Luke. Dengan cepat Luke menikan punggung Igon berkali kali, naun Igon masih bisa bangkit dan memukul wajah Luke, namun Luke seakan kehilangan rasa sakit dan eksprsi wajah. Luka tetap terseyum menyeringan di sertai tanda hitam di pinggiran matanya.

Igon langsung kembali menghajar Luke dengan tangan kosong, namun Luke bisa mengangkisnya dengan mudah pukulan Igon dan dapat membuangnya begitu saja dengan 1 gerakan gesit Luke berhasil menembus pertahanan Igon dan meusukan pisaunya ke leher kiri Igon, tidak hanya menusuknya saja, sembari tersenyum lebar Luke pun merobek ternggorokan Igon dengan mudah menggunakan pisau itu hingga apa yang tersembungi di dalam leher Igon keluar semua, tidak cukup sampai di situ, tangan kiri Lukepun bermain, tangan kirinya mengambil tulang leher Igon dan menariknya dengan paksa melalui luka tersebut, Igon kini sudah tak berwujud lagi lehernya karena sudah di remukan dengan mudah oleh Luke.

Luke kembali bermain dengan Luzy dan Hando yang sama sama sudah sekarat. Luke menusuk nusuk kedua kaki dan tangan Luzy hingga lumpuh total dan mematahkan semua anggota pergerakannya.



Angin malam berhembusdengan santai menyentuh jaket hodie hitam itu.
2 orang pria berada di atas jembatan dermaga setinggi 5 meter dari permukaan laut, 1 berdiri, 1 lagi terduduk dengan kedua tangan dan kaki terikat tali serta wajah yang tertutup dengan kantong plastik warna hitam.

“malam ini cuacanya sangat cerah..” ucap Luke dengan santai sembari menatap rembulan yang bersinar penuh.

“sayangnya kau tidak bisa melihat indahnya malam ini..” lanjut Luke berbisik lembut ke telinga orang itu.

“apa kau ingin melihatnya?”

“baiklah..” sambung Luke membuka kantong plastik hitam dari wajah orang yang sedang duduk itu, ya. Dia adalah Hizad.

Mulutnya tertutup rapat oleh perban dan di lehernya terdapat luka jahitan baru sepanjang 5cm secara vertikal dan di jahit dengan asal, tidak lain oleh Luke yang memandang Hizad dengan tatapan menyeringai.

“eeehhmm eemm.. emmm” gerutu Hizad karena mulutnya di tutupi perban.

“hah? Pa kau bilang sesuatu? Hihhiihi...”

“ayoo katakanlah..” ucap Luke mendekatkan telinganya kedepan mulut Hizad.

“eeemmm..!!”

“upss.. maaf, aku lupa mencopot itu” ucap Luke sembari menunjuk nunjuk perban yang masih melekat pada mulut Hizad.

“ukhikhikhikhi.. baiklah.. baiklah.. aku akan bukakan..”

“eeemmmm...” grutu Hizad

Sraaatt..

Luke membuka paksa perban yang melekat pada mulut Hizad dengan pisau yang sedari tadi ia genggam di tangan kanannya, hingga mengeluarkan banyak darah dari mulut Hizad.

“aaaaarrgggghhh....” teriak Hizad kesakitan karena Mulutnya di robek paksa.

“ahahahahahahaa....” tawa Luke dengan lantang melihat Hizad kesakitan

“hahaha.. tadi kau mau bilang padaku?” Luke menahan ucapannya

“nah sekarang ayo katakan padaku dengan keras apa yang ingi kau katakan..” Luke mendekatkan 
wajahnya ke Hizad.

“aaarruuu aarrmm ahhrmm..” namun Hizad seperti kehilangan suaranya karena nada bicaranya 
berantakan.

“hah..?” ucap Luke dengan tampang dungu.

“hahahaha...” tawa Luke didepan wajah Hizad yang masih mencoba untuk berbicara itu.

“haha.. maaf maaf.. aku lupa beritahu ini” ucap Luke mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.

“Lihat..” Luke menunjukan pita suara milik Hizad.

“hahaha..” tawa lantang terdengan lagi dari mulut Luke, tawa yang sangat menakutkan bagi Hizad.

Hizad yang melihat pita suaranya yang sudah lepas itu seakan tak percaya dan masih terus berusahan berbicara dengan keras dengan imbalan tenggorokannya makin terasa sakit karena Luke tidak memakai obat bius sama sekali saat mengambil pita suara milik Hizad tersebut.
Melihat Hizad yang mulai menangis kesakitan bercampur rasa ketakutan membuat Luke makin menyukai keadaan ini.

“hahaha.. aduh.. sayang sekali padahal pemandangannya sangat indah.. tapi kau tidak bisa mengucapkan kalimat syukur akan nikmat Tuhan ini..” ucap Luke yang berbisik lembut ke telinga Hizad.

“kau tahu kenapa aku hanya mengambil suaramu saja?” ucap Luke di depan wajah Hizad.

Namun Hizad hanya tertunduk di depan Luke tak mengeluarkan suara sepatahpun.

“KARENA MULUTMU TERLALU BUSUK UNTUK BERBICARA!” ucap Luke sambil menusukan pisau itu dengan keraas ke tangan kanan Hizad hingga mata pisaunya menembus bagian kursi yang menahan tangan Hizad. Erangan kesakitanpun sangat jelas terdengar dari teriakan Hizad saat itu.

Luke yang melakukannya seakan meneteskan air mata sembari melepaskan pisau yang menancap keras di tangan Hizad yang terikat itu.

“hufftt..” Luke mengembuskan nafas sejenak sembari menatap lembut rembulan yang menjadi saksi aksinya itu.

“apa kau bersyukur masih punya telinga untuk mendengar?” ucap Luke lembut ke Hizad.

Namun Hizad mengerang karena lukanya..

“apa kau bersyukur masih punya mata untuk melihat?!” ucap Luke dengan keras ke wajah Hizad.

Duk..

Luke menendang kursi yang menopang Hizad yang masih terikat erat itu jatuh ke laut dari atas dermaga itu dengan kaki kanannya dengan mudah.

“Selamat tidur, anak manis..” ucap Luke dengan senyum menyeringai di wajahnya.

Untuk beberapa saat Luke masih memperhatikan Hizad yang perlahan lahan menghilang di telan air laut yang tenang di malam itu.


Puas melihat Hizad yang sudah tak terlihat lagi bentuknya, Luke kemudian meninggalkan dermaga dan pergi berkelana karena Luke tahu buat apa pulang jika ia sudah tak punya orang tua lagi? Karena ibu tirinya itu sudah menenggak anggur bercampur sianida dosis tinggi.

0 Response to "Wanna Be"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel