Werewolf (part 1 : Purnama pertama)
Hari itu suasananya sangat cerah,aku tinggal di sebuah kota
yang sudah cukup maju dan tinggal bersama keluarga yang serba berkecukupan,bahkan aku sendiri masih berstatus pelajar,itu adalah
sebuah anugrah yang paling aku syukuri.
“Flow.. kalau pulang sekolah nanti langsung pulang, bantu
aku di rumah” teriak pamanku dari depan rumah
Aku tak menghiraukannya,aku terus saja mengayuh sepedaku
dengan cepat karena gerbang sekolah hampir di tutup.
Ciiitt.. gubrak..
Aku menjatuhkan sepedaku di parkiran dan langsung berlari
kedalam kelas, aku berhasil masuk kedalam kelas tepat 5 menit sebelum guru
killer datang.
“apa ada tugas dari ibu hari ini?” Tanya wanita yang
menempati meja guru. Ya, dia adalah guru matematika
“ada bu..” seluruh murid di kelas serentak menjawab
“oh god.. aku lupa kalau hari ini ada tugas” aku gelisah
sambil mengecek seisi buku tugasku
Wanita itu menghampiriku
“flow, kau mengerjakan tugasmu?” Tanya wanita itu dengan
manis kepadaku
“eh umm anu bu, ketinggalan di rumah” alih ku
“itu kan buku tugasmu, sekarang tunjukan pada ibu tugas yang
kamu kerjakan di rumah” tangan dinginnya meminta buku yang aku bawa seakan akan
dia ingin mengambil nyawaku
Dengan rasa takut yang amat sangat aku memberikan buku
tugasku
“ini bu”
Wanita itu langsung menarik buku yang aku ulurkan kepadanya
dan langsung membukannnya dengan kasar dan mencari tugas yang seharusnya aku
kerjakan
“flow.. kamu pinter banget sih..” ucap wanita itu dengan
senyuman manisnya
“ciee cie.. awas jatuh flow jangan ngefly..” seisi kelas
meributi aku, namun semuanya berubah ketika
“KELUAR KAMU SEKARANG!! ANAK MALAS MACAM KAU TAK SUDI IBU
MELIHATNYA! LAIN KALI KALAU ADA PELAJARAN IBU KAMU GAK USAH IKUTAN LAGI!”
“tapi bu, semalem aku abis bantu bantu paman, lagi pula aku
beru sekali ini aku tidak mengerjakan tugas, bagaimana dengan Raffel, dia kan
jarang mengerjakan tugas rumah yang ibu kasih, mungkin sekarang juga dia belum”
ucapku
“kalau dia lain lagi! Cepat keluar!” wanita itu menyeretku
keluar kelas seakan aku ini seekor anak anjing yang lemah dan langsung mendorongku
hingga aku hampir terjatuh ke parit di depan kelas.
Suasana di dalam kelasku saat itu tiba tiba kehilangan
suaranya,semua membisu, semua menjadi batu, wanita itu langsung membanting
pintu kelas.
Aku merunduk di sandaran dinding depan kelas sembari menahan
isak tangisku,aku tak pernah menyangka bahwa ada orang seperti dia di dunia
ini, ingin rasanya ku putuskan kepalanya dan ku minum darah segar dari bekas
potongan luka di lehernya itu, namun siapalah aku, hanya anak laki laki biasa
yang tidak punya kemampuan special.
Namun dalam isak tangis yang ku tahan itu rupanya air mataku
sudah tak tertahan lagi, mereka keluar dari celah celah mataku, air ini mulai
membasahi pipiku dengan derasnya.
“kok cowo nangis? Malu ah sama cewe,ini tissue” tiba tiba
seorang gadis memberiku sebuah tissue
Rupanya dia adalah adik kelasku,banyak yang menyukainya
meskipun baru masuk, dia sudah cukup popular di sekolah ini.
Aku menerima tissuenya dan langsung mengelap pipiku yang
sudah cukup basah akibat airmataku ini.
“eh.. makasih ya..” aku berterimakasih sambil terus
membersihkan pipiku
“kakak tadi kenapa nangis? Kakak cowok kan? Hihihi” ucapnya
dengan sedikit menggodaku
“ish kamu nih, kamu sendiri kenapa di luar kelas di saat jam
pelajaran begini?” aku balik bertanya
Kemudian kami saling bertukar cerita,beberapa kali aku
mencubit dia karena dia terus menggoda dan menjahiliku di sela sela ceritanya,
dia itu gadis yang manis, tinggi, mungkin dia adalah gadis yang ideal buatku,
tapi apa yang aku pikirkan, dia terus bercerita dan tak sengaca aku menatap
dalam wajahnya, cantik, cantik sekali..
Teeett teeettt teeettt
Bel pergantian pelajaran berbunyi, aku dan adik kelas itu
masih bercerita di kursi depan kelasku.
Sreek..
Pintu kelasku di buka, wanita itu keluar dengan aura dingin
di sekelilingnya,dia menatapku dengan sinis dan penuh denngan kebencian,entah
apa yang dia pandang dariku sampai dia menatapku dengan cara itu.
“sudah gak ngerjain tugas,sekarang malah asik pacatan di
depan kelas pula, hih!” setelah mengucapkan itu, wanitu itu langsung melewatiku
begitu saja.
“sudah kak, jangan di masukan kedalam hati. Aku kembali
kekelasku dulu yah..!” ucapnya sambil menepuk pundak kananku dari belakang.
“eh tinggu, siapa namamu?” tanyaku menahannya pergi
“Sellagi, tapi panggil saja sela” ucapnya sembal lari dan
melambaikan tangannya untuk pertemuan kami yang singkat tadi
“wis gile, sudah jatuh malam dapet durian nih” ucap teman
kelasku sambil membebankan tangannya ke pundak kiriku. Dia adalah Luos temanku
yang paling kurang ajar, namun jika tidak ada dia au tidak mungkin bisa seperti
ini,aku berhutang budi kepadanya.
“elaah cuma kebetulan aja kok” tepisku
Kemudian kami berdua masuk kedalam kelas dan menunggu guru
pelajaran selanjutnya masuk. Sembari menunggu aku mencatat dari buku Luos apa apa saja yang tadi wanitu itu ajarkan
oleh wanita tadi,aku sempat mendengar cibiran dari beberap anak gadis kelasku
yang suka menggosip tentang wanita yang tadi mengajar itu, baru sedikit tapi
sudah membuahku muak, aku langsung mengkorek korek isi tasku dan mengambil
headset dan mulau memutar lagu kesukaanku agar aku tak mendengar goisipan
tentang guru itu.
Suara gosipan tak ku dengar tiba tiba hidungku mencium bau
sesuatu, bau seorang pria yang usianya
ku perkirakan 30 tahunan sedang mendekat ke arahku,dalam hitungan 5 detik pintu
kelas terbuka dan seorang guru memasuki ruang kelasku, aku terheran akan
kejadian yang tadi terjadi kepadaku, namun aku menepisnya dengan alasan mungkin
hanya kebetulan atau hal biasa yang tidak perlu di besar besarkan.
Guru pria itu usianya 32 tahun yang sudah cukup lama
mengajar di sekolah ini, dia pengajar sejarah di skolah ini, pelajaran kali ini
aku tidak di keluarkan dan beberapa pelajaran berikutnya sampai pulang sekolah.
Bel pulangpun berbunyi,semua siswa siswi berhamburan keluar
kelas dan menuju rumahnya masing masing, aku sendiri tidak langsung pulang
karena aku sedang piket kelas, menbereskan kursi,menyapu hingga menutup jendela
kelas lalu pulang.
Aku langsung bergegas pulang karena hari sudah cukup sore
dan aku khawatir paman mencariku kemana mana karena jadwal piketku baru saja
dig anti.
Setibanya di rumah, benar saja paman ingin mencariku, dia
sudah mengeluarkan motor tuanya untuk mencari keponakannya ini yang hari ini
pulang telat.
Selepas makan dan mandi sore, aku mulai membantu pamanku
untuk membersihkan kandang musang yang sudah cukup kotor, maklum 2 minggu tidak
di bersihkan.
Pamanku ini suka sekali dengan binatang musang,dulu sebelum
aku masuk sekolah menengah atas, pamanku memiliki 9 ekor musang naum ke 7
musangnya tewas dengan cara yang mengenaskan, tiba tiba saja kepalanya hilang
entah kemana, yang tersisa kini 2 ekor saja.
Kedua musang itu di berinama xing dan xang karena
mereka memiliki bulu rambut yang
menyerupai lambing ying dan yang.
Kegiatan membersihkan kandang musang membutuhkan waktu
beberapa jam hingga kandang itu benar benar bersih dan kering sehingga nyama
untuk di tempati oleh kedua musang kesayangannya itu.
“gimana kegiatan sekolahmu hari ini” Tanya paman
“seperti air di sungai” jawabku singkat
“hey… sama paman sendiri gak bleh gitu” ucap bibiku sambil
membawakan nampan yang berisi 1 gelas susu cokelat dan 1 cangkir kopi yang
sudah pasti kopi itu untuk paman.
“ada masalah ya?” sahut paman
“beberapa alasan kecil akan menjawab pertanyaanmu?” balasku
“mungkin ia mungkin tidak, tergantung jawabanmu” balas paman
“sudah sudah kalau flow tak ingin bercerita hari ini mungkin
lain kali saja” sambung bibi dengan nada yang lembut
“kau masak saja sana di dapur, ini urusan laki laki” celetuk
paman
“eh paman.” Aku menahannya
“apa?”
“gak baik bilang begitu ke bibi”
“sudahlah flow, kalau wataknya sudah seperti itu ya
begitulah sifatnya, hihi” ucap bibi sambil mlipir ke dapur
Aku mulai menceritakan cerita singkatnya ke paman, namun
paman hanya menagkap sebagian kecil ceritaku saja, jadi aku putuskan setelah
bercerita aku langsung masuk ke kamarku tanpa menghiraukan 2 ekor musang
kesayangan paman yang sedang aku mainkan tadi.
Di dalam kamar aku mulai membereskan beberapa buku pelajaran
uat besok dan mengerjakan beberapa tugas sekolah, selepas itu semua aku
langsung membaringkan diriku di ranjang dan mataku otomatos mulai memberat.
Dalam mimpiku aku bertemu dengan seorang pria kribo dengan
janggut dan kumis tipis yang menghiasi wajahnya, dia melambaikan tangannya ke
arahku dan seperti mengatakan sesuatu yang entah apa itu maksudnya karena
suaranya tidak terlalu jelas terdengar namun terlihat jelas bayangan seekor
serigala besar mendatangi ke arah pria itu seperti ingin memangsanya dengan
bringas namun serigala memalingkan wajahnya dari pria itu ke arahku, aku sangat
ketakutan saat itu, aku tidak bisa bergerak beberapa kali aku berteriak meminta
pertolongan namun tidak ada yang mendengarkanku bayangan ittu semakin dekat dan
semakin dekat.
Aku mulai pasrahkan diriku kepada Tuhan saat itu namun
sesuatu terlihat tidak biasa, aku pikir itu sebuah bayangan serigala, tidak!
Itu bukan serigala, itu bayangan werewolf, dia mulai berlari ke arahku dan
berhenti sejenak di depanku, aku mulai lemas, aku dengan jelas melihat wajahku
yangf ketakutan di dalam bola matanya yang berwarna biru bersinar bagaikan
berlian itu.
Beberapa giginya sudah basah akibat air liurnya yang sudah
siap untuk menyantapku,bahkan nafas dinginnyapun kini terasa di wajahku
kemudian dia mengaung sangat keras di depanku hinggaa rasanya telingaku ingin
pecah, tiba tiba lengan besarnya menghantam lengan kiriku hingga aku terbangun
dari mimpi yang mengerikan itu.
“damn! Aku telat” kesalku
Aku langsung mandi dan berganti pakaian sekolah serta
sarapan lalu berangkat menuju skolah seperti biasa, dan seperti biasa pula aku
hampir telat dan gerbang hampir di tutup.
Pelajaran di mulai dan beberapa jam kedepanpun akan mulai
terasasa sangat membosankan hingga jam istirahatpun tiba, aku menuju ke kanting
sendirian karena hari ini Luos sedang tidak bisa hadir ke sekolah karena alasan
keluarga.
Di kantin aku kembali bertemu dengan Sella dia menyapaku
dengan lembut, entah tiba tiba ada perasaan bhwa aku ingin lebih lama
bersamanya namun apalah daya aku ini bukan siapa siapanya, aku hanya sebatas
kakak kelasnya yang mungkin hanya sebagai figura di hidupnya.
Aku kembali kedalam kelas karena pelajaran selanjutnya akan
di mulai dan hari hariku terus begitu sampai suatu malam saat aku sedang
memasukan sepeda ku di luar rumah aku melihat indahnya malam yang di hiasi
bulan purnama yang Nampak cantik itu.
Namun tiba tiba kepalaku menjadi berat,tubuhku mulai kaku
dan perasaanku berantakan tak karuan, aku mulai melupakan keluarga,cinta,siapa
aku dan segalanya tentang dunia ini, pandanganku mulai berubah.
Perlahan aku tak sanggup lagi berdiri dengan tegak, baju
yang ku pakai terasa sempit dan rahang mulutku terasa amat sakit seperti sedang
di pukul oleh batangan beso,telingaku seperti sedang di tarik ke atas,
kurasakan gigi taringku memanjang di susul dengan gigi gigi lain yang
meruncing.
Aku jatuh ketanah begitupun dengan sepedaku, kulihat tubuhku
mulai di tumbuhi rambut rambut yang cukup lebat. Badanku terasa berat dan aku
mulai sedikit kehilangan kesaaran, aku tak mengerti apa yang terjadi kepadaku
kini.
Mendengar aku yang kesakitan dan suara sepeda yang aku
jatuhkan paman dan bibi keluar rumah dan menatapku dengan tampat ketakutan,
setelah aku melihat paman, aku hanya bisa melihatnya saja dan aku tak bisa
menggerakan tubuhku, tubuhku bergerak snediri!
“paman tolong! Tolong aku! Aku tidak bisa bergerak!”
Lalu paman masuk kedalam rumah dan mengambil selongsung
senjata api miliknya, bibi mengintip dari balik jendela dengan wajah yang
ketakutan
“paman.. apa yang akan kau lakukan! Ini aku keponakanmu!
Jangan tembak aku!” aku memohon kepadanya naum entah apa yang dia dengar
mungkin berbeda.
Tanganku bergerak menghantam tubuhnya, namun paman masih
bisa bangkit dan terus menodongkan senjatanya itu padaku kembali kau menghajar
tubuhnya dan kembali pula dia bangkin namun kali ini dia mulai menembakan
pelurunya ke arahku, aku yang ketakutan bermaksud untuk melindungi diriku namun
tubuhku tidak bisa di kendalikan olehklu, aku berlari kea rah paman dan mengangkat
tubuhnya, namun tiba tiba ada sesuatu yang menancap di punggungku dan tanganku
menjadi lemas dan aku merasa terus melemas dan saat aku berbalik melihat
punggungku ternyata bibi menancapkan 2 sunntikan obat bius ke punggungku, aku
kali ini benar benar kehilangan kesadaran, pandanganku mulai gelap seketika.
0 Response to "Werewolf (part 1 : Purnama pertama)"
Posting Komentar