Canibalism

Hai!
aku seorang introvet berat, sehari hari aku belajar dan terus belajar, maklum aku masih seorang pelajar menengah atas.
namaku adalah Reficul, ia itu saja namaku.

aku tinggal di sebuah rumah sewaan, bukan kost, namun ini benar benar rumah.
aku tak sendiri disini, aku bersama 2 rekan sebayaku juga dari tempat yang sama, mereka adalah Alucard dan Eripmav.

dari ketiga penghuni rumah hanya aku saya yang bisa masak, tidak, tugas kami di bagi, aku bagian memasak, Alucard bagian membersihkan, baik itu ngepel,nyapu ataupun membersihkan jaring lama laba yang ada di tiap sudut ruangan. dan yang terakhir adalah Eripmav,dia di bagian cuci mencuci.



sebagai orang yang di tunjuk sebagai koki di rumah, aku memang sudah ahlinya dalam hal memasak, apa lagi dalam membuat masakan dari daging.

Hari itu aku berangkat sekolah dan pulangnya langsung berangkat ke tempat les, sebelum pulang sekolah aku mendapat pesan dari Alucard bahwa dia menunggu pacarnya di rumah sakit, pacarnya memang sedang di rawat karena mengidap penyakit bawaan orang tuanya.
sedangkan Eripmav telat pulang karena ada latihan tambahan dari pelatih eksculnya,maklum atlet renang.

Selama pelajaran aku sangat mengantuk karena yang ada di depanku ini adalah pelajaran fisika, walaupun gurunya sangat menyenangkan namun mata pelajaran yang beliau ajarkan ini yang membuatku tidak suka, jujur aku anak ipa namun aku sendiri kurang menyukai pelajaran exac, kecuali biologi (?)

saat keadaan mata mengantuk begini tiba tiba saja pandanganku teralihkan oleh seorang gadis yang duduk di depanku, dia mengenakan seragam namun apa yang dia pakai di dalamnya terlihat, beberapa anak laki laki yang mengetahuinya selai aku pun mulai memperhatikannya dengan nakal, bahkan beberapa kali 'tali surga' itu di ganggu oleh anak cowok yang aku bilang cukup bandel.

gadis itu bernama windi,aku akui tubuhnya sesuai dengan dadanya, wajahnya manis, dengan kacamata hitamnya yang menghiasa bagian wajahnya, rambutnya di ikat pony.

bel istirahatpun berbunyi dan anak anak keluar kelas dengan girangnya menuju warung makanan yang tak jauh dari tempat les.
sambil membeli makanan di warung beberapa anak cowo masih mengomentari apa yang telah mereka lihat di dalam tadi.

setelah membeli beberapa snack kami para cowo bermain bola di lapangan depan tempat les, maklum tempat lesnya buat seperti biasanya.

sepanjang istirahat kami bermain bola dengan girangnya hingga kami lupa bahwa bel masuk sudah berbunyi, kami telat masuk di jam les terakhir.

pelajaran setelah istirahat adalah biologi, yups ini adalah pelajaran yang paling aku suka. apa lagi bagian tentang anatomi tubuh manusia, di kelas 9 SMP aku mendapat nilai paling besar di antara murid lainnya.

di pelajaran biologi di tempat les ini gurunya tidak dapat hadir karena mengurus orang tuanya yang sedang sakit keras di luar kota, jadi les hari ini bisa pulang lebih cepat dari biasanya.

"Ref.. tunggu, ikut" teriak Windi dari depan pintu pagar tempat les

kemudian berlari kecil ke arahku, namun ada sedikit yang mengganjal di mataku, dadanya yang cukup besar seukuran genggaman tangan orang dewasa itu membuat 'adik'ku sedikit berontak

"ciee Refi cie.. " teriak beberapa murid les yang melihat

"awas ref jangan lupa di rem mendadak, ntar dapet bonus" kata salah sorang cowo

"beneran kamu mau aku anterin ke rumah?" tanyaku pada Windi saat dia sudah di depan motorku

dia hanya menganngguk, tandanya ia mau di antar denganku

"kenapa gak sama yang lain?" tanyaku

"udah Ref.. kesempatan tuh.. kapan lagi boncengin windi" ketus temen cowo yang ada di sebelahku

Windi mendekatkan kepalanya ke telingaku

"soalnya cuma kamu yang punya karisma berbeda di antara yang lainnya, sshh" bisiknya dnegan nada menggoda

"aww gilaaa mau dong Ref di gituin sama Windi" ucap anak cowo yang tadi

mendengar hal itu Windi langsung melepaskan sandalnya dan menamparkan sandalnya itu ke pipi kanan cowo yang tadi mengejeknya

"aww sakit Win..!" gertak anak cowo itu

"nikmatkan? ayo Ref, kita jalan" Windi langsung menaiki motorku.

entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku langsung menggeber motor bebekku untuk segera mengantar Windi pulang ke rumahnya.
Rumah Windi cukup jauh, arahnya bertolak belakang jika ingin pulang ke rumah kontrakanku.
selama perjalanan, Windi terus menerut mengoceh, mulai dari keluarganya hingga perasaannya, dan ternyata dia baru putus dengan pacarnya.

"kesempatan nih, hehe" dalam hatiku.

perjalanan sekitar 20 menitan sudah selesai, rumah Windi tidak terlalu besar dengan garasi 1 mobil di sebelahnya, namun keadaaan saat itu kosong dan sepi, kedua orang tua Windi sedang keluar kota tanpa sepengetahuan Windi, jadi mau tidak mau aku harus menemani Windi sampai dia cukup berani untuk di tinggal, entah itu sampai kapan sih.

dari pada diem dieman Windi mengajakku untuk bermain vido game di rumahnya itu, seperti biasa, pemilik rumah harus player 1.
kami berdua bermain PS2 main game downhill, ituloh game yang menuruni bukit yang ekstream.

dengan sedikit nakal aku mainkan mataku untuk menelusuri tubuh Windi, dan ternyata dia memang memiliki tubuh yang oke, itu yang membuatku selalu kalah saat bermain karena salah fokus, jika di tanya oleh Windi kenapa kalah terus aku berdalih karena sudah jarang memegang stik PS.

suatu ksempatan aku mengungkapkan perasaanku padanya, namun ia meolakku mentah mentah dengan alasan untuk fokus belajar, mulai saat itulah satu persatu setan merasuki tubuhku, yang tadainya aku hanya nakal mata saja perlahan tubuhku aku dekati dengan tubuhnya hingga kini posisi kami sangat menempel.

tiba tiba pesan dari 2 temanku itu masuk ke ponselku dan menggangu suasana kami, mereka berdua kompakan bahwa makan malam hari ini harus daging, aku berusaha membalas pesan mereka dengan sabar namun lama kelamaan mereka makin melonjak, akhirnya aku mulai bebiarkan pesan mereka terus masuk dan membuat ponsel ku ngehang hingga ponselku mati sendiri.

"gak apa tuh Ref kalo begitu?" ucap Windi yan sedari tadi melihat perjakapan yang kami lakukan di ponsel tadi.

"ah, itu mah udah biasa, ntar juga kami bakal baikan lagi" ucapku dengan sedikit nada cuek.

"Ref.. ayo lanjut main lagi, tapi jangan kalah lagi?" ucapnya

"ayo aja, hmm klo itu sih.. liat nanti aja deh"

Windi langsung duduk di atas kakiku, saat itu aku sedang duduk bersila, otomati pisisi Windi saat itu membangunkan 'adik' ku yang tidur.

"eh Win berat.." sedikit rintihku

"tapi enakkan? buktinya aja 'adik' kamu sampe bangun, hihihi kerasa loh" ucapnya dengan nada nakal

"eh Win kok gitu?!"teriakku perlahan dengan nada malu

Windi membalikan wajahnya sembari menatapku dalam dalam, aku rasakan hembusan nafasnya mulai bersatu dengan nafasku, perlahan semakin dekat dan semakit dekat hingga kini bibir kami saling berpautan, satu persatu setan terus memasuki tubuhku hingga aku hampir kalap terbawa suasana dan emosi, namun saat sedang asiknya seperti itu aku mendengar bisikan "Ref.. jangan lupa sama dagingnya"

mataku yang saat itu tertutup kenikmatan langsung melek seketika, dan melepaskan ciuman kami.

"kenapa Ref? tanya Windi

"aku ingin ke kamar kecil, bisa antar aku ke sana?" tanyaku balik

kemudian aku di antar oleh Windi yang dengan wajah juteknya mengantarku ke kamar kecil, mungkin perubahan wajahnya karena saat sedang asik asiknya aku ganggu.

belum sempat tepat di kamar mandi, aku memeluk Windi dari belakang, perlahan aku menggenggap kepalanya dengan sekuat tenaga

"Ref.. kenapa ref?!" nadanya sedikit ketakutan.

entah apa lagi yang aku pikirkan, aku langsung menghantamkan kepalanya itu kedinding berkali kali hingga ia tak sadarkan diri.

"waktunya potong daging.."ucapku dengan tersenyum lebar

aku mengambil beberapa pisau dari dapur Windi, sesuai dengan kebutuhanku nantinya.

aku mendekati Windi yang sudah tak sadarkan diri, dengan halusnya aku mainkan pisau ukuran kecil di kedua telinga Windi, keduanya kini telah lepas dari tempatnya.

masih dengan pisau yang sama, aku mainkan lagi di bagian leher Windi, darah muncrat kemana mana, dengan sigap aku mengambil pisau ukuran sedang, aku langsung memisahkan kepalanya dari tubuh yang memiliki postur kenikmatan itu.

langkah awal yang harus aku lakukan adalah melucuti semua pakaian yang ia kenakan, saat sedang melucuti pakaiannya, terlihat sembulan 2 buah dada yang cukup besar dari balik tang topnya, dan beberapa helai rambut halus dari balik cdnya

aku ambil pisau yang lebih besar lagi, tepatnya pisau daging, aku langsung melepaskan satu persatu organ geraknya.

pertama aku pisahkan kedua tangannya, dari ketiak. lalu aku memisahkan kedua kakinya dari pangkal pahanya.

melihat tubuh yang sudah terpisah seperti itu entah mengapa libidoku meningkat drastis, sebelum aku memotong motong bagian lainnya, aku sempatkan memainkan jariku di selangkangannya itu, terasa sempit dan hangat, namun sayangnya kemudian lubang itu aku rusak dengan pisau kecil yang aku gunakan untuk mengiris telinga Windi, aku robek bagian kelaminnya itu hingga anusnya, untuk sementara aku biarkan darah mengalir lambat di bagian itu.

sembari menunggu darahnya berhenti, aku memotong motong bagian tangan kananya terlebih dahulu, mulai dari lengan atas sampai siku di potong lalu siku sampai pergelangan tangan di pisahkan, jadi 1 tangan di bagi menjadi 3, begitupun dengan kadua kakinya, itu di maksudkan agar mudah untuk di bawa dan tidak di curigai oleh orang.

sedangkan bagian badannya? sangat sayang jika kedua gundukan yang ada di dadanya itu tidak di maikan terlebih dahulu, pertama aku jilati bagian yang berwarna ping yang menonjol itu dengan lidahku, kemudian dengan pisau berukuran sedang aku potong kedua gundukan itu, hingga mengakibatkan 2 buah lubang di dada yang terlihat nikmat untuk di pandang, bagai mana dengan gundukan yang di pisahkan dari badannya itu? ya aku buang saja.

bagian tubuh aku potong jadi 2, bagian kiri dan bagian kanan.

seluruh potongan daging itu aku masukan kedalam kantong plastik hitam yang akan aku bawa ke kontrakan.

sebelum aku pergi bagian kepalanya aku kakukan seperti saat aku sedang berciuman dengan Windi saat ia masuh hidup, kemudian, bagian kepala itu aku simpan di dalam kloset duduk kamar mandinya, dan sebelum pergi juga aku membersihkan dapur yang aku jadikan tempat pemotongan, aku bersihkan cipratan noda darah di setiap bagian yang terlihat, setelah semuanya terlihat bersih, aku membawa daging itu ke rumah untuk aku masak menjadi rendang.

dan siapa yang sangka bahwa kedua temanku itu sangat menyukai daging rendang yang aku buat itu.

0 Response to "Canibalism"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel