Red Crescent Moon (part1)

      2024 sebuah gempa berkekuatan 8,4 mengguncang kota kami dan meratakan semua yang berdiri hingga rata dengan tanah, harta benda yang telah kami perjuangkan lenyap begitu saja tanpa tersisa begitupun banyak anak yang kehilangan orangtua bahkan sanak sodara yang lain.

     bencana ini masuk bencana alam nasional dan sudah banyak di publikasikan di media media, pemerintah pusatpun sudah mulai mengirimkan banyak pasokan, dari sandang hingga papan, namun untuk pangan jangan di tanya jika dalam 1 hari saja kami masih sangat kekurangan, disini kami membutuhkan pasokan pangan yang sangat mencukupi.

     Karena kekurangan pasokan pangan itulah banyak warga yang sudah mulai kehilangan akal sehatnya,banyak dari mereka yang mulai mencuri, menjarah, hingga rela membunuh sessama korban yang masih memiliki sedikit sisa makan di tangannya.

    nggiiungg ngiiuungg

suara sirine ambulan tak pernah berhenti sejak 4 hari yang lalu.

"Woii ambulan Woii!!" teriak seorang pemuda kepada rekan rekannya yang sedari tadi berdiri di pinggir jalan dengan senjata tajam di setiap tangan mereka. Dalam hitungan detik ambulan yang berisikan korban itupun dijarah oleh para pemuda itu dengan beringasnya.
 
   Mereka menjarah apa saja, mulai dari mobil kecil yang berusaha masuk ke daerah bencana, mobil batuan tanggap bencana, toko toko swalayan hingga menjarah rumah rumah yang sudah hancur dan mengambil apa yang bukan milik mereka seperti barang barang pribadi dan akta rumah sekalipun.

    Namaku Ain, lengkapnya Ain Eincesishmael dengan usia 8 tahun apa yang bisa aku lakukan, hanya anak kecil bertubuh kurus dan mungkin masih belum bisa di anggap siapa siapa oleh banyak orang.
    
 "anak kecil gak usah ikut campur! pergi sana!
ucpan yang sering aku terima ketika aku ingin membantu warga yang sedang menolong korban lainnya.

"tapi aku ingin membantu!" teriakku sambil mengangkat balok kayu besar yang menimpa seorang anak perempuan tepat di kakinya.

"menyingkir kau!" dorong seorang lelaki bertubuh tambun padaku.

aku tersungkur di sebelah gadis itu, pria besar itupun mencoba mengangkat balok kayu besar yang berusaha aku angkat sendirian, namun tetap tidak bisa terangkat sedikitpun.
   
   hingga akhirnya 3 orang berpakaian hitam dengan logo bulan sabit merah mendekati kami, 2 orang membantu pria besar bertubuh tambun itu dan 1 orang tertuju padaku.

"kamu gak apa-apa?" ucapnya dengan lembut
"aku tidak apa apa kak!" ucapku semangat dengan mengibaskan debu yang berada di lengan kiriku.

sayangnya lengan kiriku terluka cukup banyak hingga darah menetes dari luka itu. 

"sini biar aku bantu" ucap kakak itu sembari membuka kotak yang berisikan alat alat yang tidak aku pahami hanya obat merah saja yang aku tau saat itu.

    tidak perlu waktu lama untuk kakak itu mengobati lukaku karena keahliannya dan aku sendiri hanya melihatnya dengan kagum.

"Terimakasih kak!" ucapku dengan senang

"lain kali kalau di tempat seperti ini kau harus lebih berhati hati ya!" ucapnya dengan senyum sembari mengelus kepalaku.

aku hanya mengangguk paham, aku melangkah mundur sesuai dengan instruksinya tadi lalu kakak itu membantu pria tambun tadi juga 2 orang rekannya.

balok kayu besar itupun terangkat oleh mereka, seorang gadis dapat di keluarkan dari reruntuhan rumah itu.

"Chika!! anakku!!" teriak lantang pria tambun itu sambil memeluk gadis yang telah lunglai bersimbah darah dari kepalanya.

3 pria berseragam hitam tadi melepaskan topinya sambil menunduk kearah pria tambun itu aku tidak mengerti artinya apa, tapi aku merasakan sesak di dadaku melihat pria tambun tadi.

     4 hari setelah kejadian itu aku masih tetap berusaha untuk membantu masyarakat kotaku untuk menolong korban yang selamat maupun tidak namun hasilnya masih sama, sampai akhirnya aku kembali bertemu dengan kakak yang mengobatiku beberapa hari yang lalu itu.

"eh kamu lagi, kan sudah aku bilang ini tempat berbahaya, kamu jangan kesini" ucap kakak itu 
"tapi aku ingin membantu teman temanku kak!" ucapku tegas meyakinkan kakak itu

kakak itu tersenyum padaku, dia berjalan keaarah teman temannya seperti mendiskusikan sesuatu dan tak lama dia kembali lagi padaku.

"kalau kamu serius ingin membantu teman temanmu ayo ikut aku, aku akan mengantarkanmu pada tempat yang seharusnya" ucap kakak itu sambil mengulurkan tangannya padaku

0 Response to "Red Crescent Moon (part1)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel